Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Seorang anggota senior Pengawal Revolusi Iran tewas di luar rumahnya di Teheran pada Ahad setelah ditembak oleh orang-orang bersenjata tak dikenal yang mengendari sepeda motor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti dilansir France24 Senin 23 Mei 2022, kedua pelaku menembak Kolonel Hassan Sayyad Khodai lima kali saat sedang berada di mobilnya, Kia Pride buatan Iran, kata media pemerintah. Khodai baru saja pulang dari jalan yang sangat aman menuju parlemen Iran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meskipun Garda Revolusi hanya memberikan sedikit detail tentang serangan yang terjadi di siang bolong di jantung ibu kota Iran, kelompok itu menuding "kesombongan global," biasanya kode untuk Amerika Serikat dan Israel sebagai dalang pembunuhan.
Tuduhan itu, serta gaya pembunuhan yang berani, meningkatkan kemungkinan hubungan dengan pembunuhan sepeda motor lain yang sebelumnya dikaitkan dengan Israel di Iran, seperti yang menargetkan ilmuwan nuklir negara itu. Tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas serangan itu.
Kantor berita semi-resmi pemerintah Iran Tasnim melaporkan, sosok Khodai merupakan pembela tempat suci. Pernyataan itu merujuk pada personel militer atau penasihat yang menurut Iran berperang untuk melindungi situs-situs Syiah di Irak atau Suriah dari kelompok-kelompok seperti ISIS.
Kantor berita ISNA kemudian melaporkan, bahwa anggota jaringan dinas intelijen Israel telah ditemukan dan ditangkap oleh Garda Revolusi.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita Fars, Kementerian Intelijen Iran mengatakan, telah menangkap tiga mata-mata Mossad pada April.
"Musuh bebuyutan dari sistem suci Republik Islam Iran sekali lagi menunjukkan sifat jahat mereka dengan pembunuhan dan kesyahidan salah satu anggota pasukan IRGC," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh.
Pada Januari lalu, Iran memperingati dua tahun kematian mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.
Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak Amerika Serikat. Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump adalah tokoh yang memerintahkan langsung serangan tersebut.
Iran mengutuk keras pembunuhan Soleimani dan bersumpah akan membalas tindakan Washington. Tak lama setelah peristiwa pembunuhan itu, Iran meluncurkan serangan udara ke markas tentara Amerika Serikat di Irak. Aksi itu sempat menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya peperangan.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Dia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.
Selain Soleimani, sekitar enam ilmuwan dan akademisi Iran telah terbunuh atau diserang sejak 2010. Beberapa dari mereka meninggal akibat penyerangan pengguna sepeda motor dalam insiden yang diyakini menargetkan program nuklir Iran yang diduga untuk pengembangan bom.
SUMBER: FRANCE24