Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Kondisi Lelah, Pengungsi Tembus Perbatasan Eropa

Ribuan pengungsi memasuki Eropa melalui perbatasan dalam kondisi letih.

10 September 2015 | 16.24 WIB

Petugas kepolisian Hungaria berusaha menahan imigran yang berlarian saat berusaha memasuki kawasan desa Roszke, Hungaria, 8 September 2015. Sekitar 1.500 imigran berusaha memasuki Hungaria. dailymail.co.uk
Perbesar
Petugas kepolisian Hungaria berusaha menahan imigran yang berlarian saat berusaha memasuki kawasan desa Roszke, Hungaria, 8 September 2015. Sekitar 1.500 imigran berusaha memasuki Hungaria. dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Budapest - Ribuan pengungsi memasuki Eropa melalui perbatasan dalam kondisi letih. Situasi ini membuat para pemimpin Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat guna membagi kuota berapa orang untuk setiap anggota.

Di perbatasan Hungaria dengan Serbia, tampak ribuan pengungsi dalam keadaan letih dan takut setelah Budapest mengerahkan pasukan militer, Kamis, 10 September 2015, untuk menghalau kedatangan pengungsi memasuki negeri itu.

Negara yang terkurung oleh daratan di Eropa tengah tersebut saat ini juga sedang membangun pagar berduri untuk menjaga agar pengungsi yang telanjur berada di sana tidak keluar. Meski demikian, langkah pemerintah Hungaria tidak menciutkan nyali pengungsi memasuki Hungaria pada Rabu, 9 September 2015.

Wartawan Aljazeera, Mohammed Jamjoom, melaporkan dari kota perbatasaan Roszke di Hungaria, sejumlah pengungsi mengaku telah mendapatkan perlakuan tak senonoh dari otoritas Hungaria.

"Bagi banyak orang, kerasnya masalah yang dihadapi di perbatasan tidak masalah karena mereka telah merasakan betapa sakitnya pengalaman hidup sehingga harus melarikan diri dari negaranya," Jamjoon melaporkan. Dia melanjutkan, "Banyak pengungsi nekat mengungsi dengan cara berjalan kaki."

Bagi Sabah, seorang pengungsi Suriah yang mencoba memasuki Austria, setiap hari adalah siksaan sehingga ia memutuskan menuju Hungaria. Sabah mengatakan kepada Aljazeera bagaimana ia dan suaminya dipukuli polisi di Yunani.

"Ketika saya dan suami tiba di Yunani, seorang polisi di sana memukuli kami. Dia menghantam kami berdua dengan tongkat metal. Saya sedang hamil 3 bulan dan menyebabkan keguguran."

Human Rights Watch mengatakan Hungaria telah menjadi sebuah tempat yang tidak manusiawi bagi pengungsi Suriah. "Para pengungsi diblokade dan menderita akibat kepanasan. Kami melihat anak-anak benar-benar kelelahan," ujar Peter Bocukaert, Direktur Emergency Human Rights Watch.

ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Choirul Aminuddin

Choirul Aminuddin

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus