Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pemimpin dunia pada Sabtu, 15 Juni 2024, menghadiri KTT perdamaian di Swiss yang ditujukan memberi tekanan pada Moskow terkait perang Ukraina. Pertemuan itu tidak mengundang Moskow dan Cina yang dikhawatirkan akan menumpulkan potensi dampaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Puluhan sekutu Ukraina berpartisipasi dalam KTT perdamaian, namun Cina menjauh setelah Rusia mengatakan acara itu hanya membuang-buang waktu sehingga tidak tertarik untuk hadir. Tanpa Beijing, maka harapan mengisolasi Moskow pun memudar, sementara kemunduran cadangan militer telah membuat Kyev berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Perang Gaza antara Israel dan Hamas juga telah mengalihkan perhatian dunia dari perang Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sejumlah sumber mengatakan KTT perdamaian di Swiss diprediksi akan fokus pada apa yang memicu terjadinya perang, seperti makanan, keamanan nuklir dan kebebasan bernavigasi serta sebuah draft akhir yang mengarah kalau Rusia sebagai agresor dalam perang Ukraina.
“KTT itu berisiko menunjukkan batas-batas diplomasi Ukraina. Meskipun demikian, ini juga kesempatan bagi Ukraina untuk mengingatkan dunia agar membela prinsip-prinsip Piagam PBB,” kata Richard Gowan, Direktur International Crisis Group.
Sebelumnya pada Jumat kemarin, 14 Juni 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pihaknya akan mengakhiri perang Ukraina jika Kyev setuju melepaskan ambisinya menjadi anggota NATO dan menyerahkan empat provinsi di Ukraina yang diklaim milik Rusia. Tuntutan Rusia itu ditolak Kyev yang dianggap seperti menyerahkan diri
Presiden Putin merasa semakin percaya diri kalau militer Rusia lebih unggul dalam hal perang. Moskow menyebut perang Ukraina telah mengarahkan Rusia pada perang yang lebih luas melawan negara-negara Barat, yang negara-negara Barat ingin membuat Negeri Beruang Merah bertekuk lutut. Kyev dan negara-negara Barat menolak perang Ukraina dengan menyebut Rusia melancarkan perang penaklukan secara ilegal.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Penelitian Ini Bandingkan Risiko Kanker Para Pekerja di 3 Pabrik Cat Berbeda
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini