Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Lebanon memulai sesi pada Senin untuk membahas program kebijakan kabinet baru dan mengadakan mosi percaya, setelah penundaan hampir satu jam yang disebabkan oleh pemadaman listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebanon sedang berjuang melawan depresi berat, dengan memburuknya kelangkaan bahan bakar yang menyebabkan krisis listrik, dan sebagian besar orang Lebanon mengandalkan generator pribadi untuk listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Reuters, 20 September 2020, sidang tersebut dijadwalkan dimulai pada pukul 11.00 waktu setempat, tetapi lampu di gedung yang sekarang menjadi tempat parlemen padam. Ketika dimulai, Perdana Menteri Najib Mikati membacakan rancangan program kebijakan kabinet.
"Dari jantung penderitaan Beirut...kabinet kami lahir untuk menyalakan lilin dalam kegelapan tanpa harapan ini," kata Mikati kepada parlemen.
Pemerintahan Najib Mikati terbentuk setelah satu tahun kebuntuan politik yang memperparah kelesuan ekonomi Lebanon.
Pemerintah baru telah menjanjikan tindakan untuk mengatasi krisis Lebanon, termasuk pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional dan memulai reformasi.
Rancangan program kebijakannya mengatakan akan memperbarui dan mengembangkan rencana pemulihan keuangan sebelumnya, yang menetapkan kekurangan dalam sistem keuangan sekitar US$90 miliar (Rp1.283 triliun), angka yang diproyeksi oleh IMF.
Tetapi Mikati menghadapi jalan yang sulit menuju landasan ekonomi yang kokoh karena rencana tersebut berisiko mendapat perlawanan dari pejabat dan bankir meskipun gravitasi krisis dapat mendorong banyak orang untuk membuat keputusan yang sebelumnya mereka tolak.
Sistem keuangan Lebanon jatuh pada akhir 2019, di mana akar penyebabnya adalah pengeluaran boros selama beberapa dekade oleh negara dan cara pembiayaannya yang tidak berkelanjutan.
Baca juga: Seberapa Parah Krisis di Lebanon Saat ini?
REUTERS