Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Israel melancarkan serangan di Gaza yang menewaskan lebih dari 100 warga Palestina dalam tiga hari berturut-turut hingga Kamis, sementara blokade bantuan kemanusiaan berlanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir France24, badan pertahanan sipil Gaza mengatakan jumlah korban tewas akibat pemboman Israel sejak Kamis dini hari telah meningkat menjadi 103 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rekaman televisi setelah serangan di Deir al-Balah di pusat wilayah Gaza memperlihatkan bangunan-bangunan yang rata dengan tanah dan tumpukan puing beton.
"Kami berdoa agar perang ini segera berakhir, dan kami mengimbau semua lembaga internasional untuk mengakhiri perang karena sudah cukup," kata warga Gaza, Maher Ghanem, yang lengannya digendong.
Serangan tersebut terjadi di tengah blokade bantuan yang telah berlangsung sejak 2 Maret, taktik yang menurut Israel bertujuan memaksa Hamas untuk bernegosiasi.
Hamas menegaskan bahwa masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah "persyaratan minimum" untuk pembicaraan damai.
Kelompok tersebut juga memperingatkan bahwa Gaza bukan "barang jualan" setelah Presiden AS Donald Trump, selama kunjungannya ke wilayah tersebut, kembali mengusulkan untuk mengambil alih Gaza dan menjadikannya "zona kebebasan".
Blokade bantuan Israel dimulai sejak 2 Maret, sebelum kembali melakukan serangan pada 18 Maret. Aksi ini mengakhiri gencatan senjata yang sebagian besar menghentikan permusuhan sejak pertengahan Januari.
Selama berminggu-minggu, badan-badan PBB telah memperingatkan bahwa persediaan makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan mencapai titik terendah yang baru.
"Blokade Israel telah melampaui taktik militer dan menjadi alat pemusnahan," kata Federico Borello, direktur eksekutif sementara Human Rights Watch.
Israel mengatakan penghentian bantuan dan tekanan militer dimaksudkan untuk memaksa Hamas membebaskan sandera yang tersisa yang ditawan selama serangan Oktober 2023 yang memicu perang.
Namun, pejabat senior Hamas Basem Naim mengatakan masuknya bantuan ke Gaza adalah "persyaratan minimum untuk lingkungan negosiasi yang kondusif dan konstruktif".
"Akses terhadap makanan, air, dan obat-obatan adalah hak asasi manusia yang mendasar – bukan subjek untuk negosiasi," ia menambahkan.
Sementara itu, Gaza Humanitarian Foundation, sebuah LSM yang didukung AS, mengatakan akan mulai mendistribusikan bantuan kemanusiaan di Gaza bulan ini setelah pembicaraan dengan pejabat Israel.
Namun, PBB menolak keterlibatan dengan inisiatif tersebut karena tidak sesuai dengan prinsip dasar mereka.
Kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas mengatakan 2.876 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret, membawa jumlah korban perang secara keseluruhan menjadi 53.010 orang.