Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Serbia Branko Ruzic mengundurkan diri pada Minggu menyusul penembakan massal pekan lalu di sebuah sekolah dasar. Dalam serangan itu, delapan anak dan seorang penjaga keamanan tewas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menggambarkan insiden yang mengguncang negara Balkan itu sebagai "tragedi dahsyat", Ruzic menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dalam surat terbuka yang dikirim ke Perdana Menteri Serbia Ana Brnabic.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebagai orang yang bertanggung jawab dan dibesarkan dengan baik, sebagai profesional dalam memenuhi semua tugas publik sejauh ini, dan sebagai orang tua serta warga negara Serbia, saya membuat keputusan rasional untuk mengundurkan diri," kata Ruzic dalam surat pengunduran dirinya kepada Brnabic.
Ruzic, anggota terkemuka Partai Sosialis Serbia berusia 47 tahun – mitra koalisi junior dalam pemerintahan – awalnya menyalahkan Internet, video game, dan “nilai-nilai barat” atas pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menteri Pendidikan Serbia Branko Ruzic. serbia.gov.rs
Partai oposisi dan kelompok hak asasi manusia segera menyerukan pengunduran diri menteri. Ribuan orang kemudian berkumpul di depan kementerian pendidikan sehari setelah penembakan, menyampaikan pesan yang sama.
Rakyat Serbia terkejut dan berduka atas dua penembakan: pembantaian sekolah di ibu kota pada hari Rabu dan penembakan massal di luar kota Beograd pada Kamis yang menewaskan delapan orang.
Enam siswa lainnya dan seorang guru perempuan terluka dalam insiden itu, yang terjadi di Sekolah Dasar Vladislav Ribnikar sekitar Rabu pukul 08.40 waktu setempat, menurut Kementerian Dalam Negeri.
Tersangka berusia 14 tahun, yang diidentifikasi hanya dengan inisial namanya, KK, telah ditangkap, kata kementerian tersebut. Begitu pula dengan tersangka dalam penembakan sehari kemudian, seorang pria berusia 20 tahun.
Partai-partai oposisi, yang menyalahkan pemerintah Perdana Menteri Ana Brnabic karena gagal mencegah dua penembakan massal itu, telah meminta para pendukung untuk bergabung dalam pawai anti-pemerintah pada Senin malam di Beograd. Mereka antara lain menuntut pengunduran diri Ruzic.
Menyusul penembakan itu, pemerintah memperkenalkan serangkaian tindakan pekan lalu yang bertujuan mencegah kekerasan di sekolah dan mengurangi jumlah senjata yang dipegang oleh warga sipil.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic berjanji akan meluncurkan rencana perlucutan senjata berskala besar, sementara polisi berjanji akan mengerahkan petugas untuk berpatroli di sekitar sekolah.
Serbia memiliki tingkat kepemilikan senjata tertinggi di dunia, dengan lebih dari 39 senjata api untuk setiap 100 warga sipil, menurut proyek Survei Senjata Kecil.
Serbia memiliki budaya senjata yang mengakar, terutama di daerah pedesaan. Namun, undang-undang kontrol senjatanya cukup ketat bahkan sebelum penembakan terbaru. Serbia dan Balkan Barat lainnya dibanjiri dengan senjata dan persenjataan tingkat militer yang tetap berada di tangan swasta setelah perang pada 1990-an yang menghancurkan bekas Yugoslavia.
REUTERS