Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Manila - Militer Filipina kehabisan dana operasi militer untuk membasmi militan pro-ISIS di Marawi sehingga mengajukan dana tambahan.
Setelah lebih dari tiga bulan berjuang membersihkan Kota Marawi dari kepungan milisi Maute yang berafiliasi ke ISIS, pemerintah telah menghabiskan dana lebih dari US$ 50 juta atau setara Rp 660,2 miliar. Dana itu belum terhitung dengan kerusakan akibat perang di kota tersebut.
Krisis di kota Marawi telah menimbulkan ancaman serius bagi pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte, yang telah mengerahkan ribuan tentara dan memberlakukan darurat militer di sepertiga bagian selatan negara tersebut.
Baca: Cerita Gatot Nurmantyo Soal ISIS di Marawi
Sembilan hari yang lalu Duterte menyatakan bahwa pertarungan tersebut berada dalam "tahap akhir". Namun pemerintahnya mengungkapkan bahwa departemen pertahanan telah meminta Kongres untuk mendapatkan anggaran tambahan untuk kampanye tersebut.
"Mesin kasir diklik setiap hari saat pertempuran terus berlanjut, dan ini akan mahal bagi pemerintah kita," kata juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla, seperti dilansir The Star, Sabtu 9 September 2017.
"Oleh karena itu pemerintah melihat perlunya memberikan dana tambahan kepada angkatan bersenjata untuk menghentikan perang."
Menurut Restituto, militer membutuhkan lebih dari 1 miliar peso atau setara Rp 259,5 miliar untuk melengkapi pasokan amunisi, minyak dan perlengkapan lainnya untuk perang.
Baca: Maute Ajukan 2 Syarat Pembebasan Sandera dan Mundur dari Marawi
Pertarungan di Marawi pecah pada akhir Mei ketika ratusan pemberontak Maute dibantu oleh milisi ISIS asing menggerebek kota tersebut. Setelah bertempur hampir setiap hari, kelompok milisi sekarang berlindung di beberapa daerah kecil di Marawi tengah.
Pertempuran tersebut menyebabkan 651 milisi Maute tewas sementara 145 tentara dan polisi serta 45 warga sipil terbunuh. Ribuan penduduk Marawi terpaksa meninggalkan rumah mereka dan tinggal di pusat bantuan sementara.
THE STAR | REUTERS | INQUIRER | YON DEMA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini