Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

31 Oktober 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mesir
Spion Israel Dibebaskan

Pemerintah Mesir, Kamis pekan ini, berencana melepaskan Ilan Grapel, mahasiswa hukum berkebangsaan Israel di Universitas Emory, Atlanta, yang dituduh menjadi mata-mata Israel di Mesir. Grapel, yang ditahan sejak 12 Juni lalu, akan dilepaskan di persimpangan Taba, kawasan perbatasan Israel-Mesir, melalui pertukaran tahanan. Menurut laporan surat kabar Mesir, Al-Ahram, Grapel akan dibawa ke perbatasan dengan mobil berpelat sipil.

Untuk mendapatkan Grapel, pemerintah Israel secara bulat akan membebaskan 25 tahanan warga Mesir—tiga di antaranya anak-anak. Para tahanan itu adalah warga Badui dan Sinai yang dipenjara karena tersangkut kasus penyelundupan obat dan senjata. Sedangkan terhadap tahanan yang telah membunuh warganya, Israel enggan membebaskan mereka dan menjatuhkan hukuman kurungan 10 tahun.

Al-Ahram melaporkan saat ini Mesir masih menahan seorang warga Israel, Odeh Tarabin, yang telah dipenjara 11 tahun dengan tuduhan melakukan spionase. Israel meminta Odeh dimasukkan ke program pertukaran, tapi Mesir menolaknya. Menurut pengacara Odeh, Mahmoud a-Sana Tarabin, kliennya hanya melakukan satu kesalahan, yaitu menyeberangi perbatasan ke Sinai untuk mengunjungi adiknya tanpa paspor. Setelah itu, Odeh dikirim ke penjara dan ditahan tanpa diadili.

Palestina
Pembicaraan yang Tertunda

Utusan khusus dari empat negara dan lembaga internasional akan menemui pejabat Israel dan Palestina untuk meneruskan pembicaraan damai yang macet. Mereka adalah Tony Blair (mantan Perdana Menteri Inggris), David Hale (utusan Amerika), Helga Schmid (Uni Eropa), Robert Serry (PBB), dan satu perwakilan dari Rusia. Rabu ini, Blair dan kawan-kawan dijadwalkan bertemu dengan Saeb Erekat, negosiator Palestina, dan Yitzhak Molcho, utusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Pembicaraan damai macet setelah Presiden Palestina Mahmud Abbas menyeru PBB memberikan keanggotaan kepada Palestina secara penuh. Seruan ini ditentang Israel dan Amerika Serikat. Tahun lalu, kondisi serupa terjadi saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak memperpanjang penghentian pembangunan permukiman di Tepi Barat. Padahal Abbas mensyaratkan hal itu.

Untuk menyukseskan misinya, para utusan menyerukan agar Israel dan Palestina memulai perundingan dengan tujuan mencapai solusi komprehensif pada akhir 2012. Meskipun tidak menetapkan prasyarat khusus untuk negosiasi, mereka meminta kedua belah pihak menahan diri dari tindakan provokatif.

Yaman
Bentrokan Kembali Terjadi

Pasukan keamanan pemerintah Yaman kembali bentrok dengan pasukan gerilyawan Islam di beberapa kota pada Rabu malam pekan lalu. Akibatnya, enam gerilyawan tewas dan dua tentara pemerintah terluka. Seorang pejabat menyatakan bentrokan itu terjadi sebagai bagian dari upaya pemerintah mengusir pasukan gerilyawan keluar dari tiga kota yang berada di selatan Yaman.

Salah satunya, sejak Maret lalu, kelompok gerilyawan Islam menduduki Kota Jaar. Pendudukan terjadi saat Presiden Ali Abdullah Saleh pergi meninggalkan Yaman untuk ­menghindari protes terhadap pemerintahannya dan menjalani perawatan kesehatan di Arab Saudi.

Bentrokan itu makin menambah panjang daftar korban di kedua belah pihak. Pada Agustus lalu, tiga orang tewas dan enam terluka dalam pertempuran udara antara pasukan keamanan pemerintah dan gerilyawan di kota pesisir Shaqra. Sedangkan di Zinjibar, Mei lalu, tiga gerilyawan tewas dan puluhan lainnya terluka setelah pemerintah mengebom salah satu basis pertahanan mereka.

Libya
Komite Penyelidik Kematian Qadhafi

Mustafa Abdul Jalil, Kepala Dewan Transisi Nasional, sebagai pemegang kekuasaan sementara Libya, membentuk komite khusus untuk menyelidiki penyebab kematian Presiden Muammar Qadhafi. Penyelidikan diharapkan bisa memastikan penyebab kematian Qadhafi, apakah ia ditembak kepalanya setelah tertangkap pada Kamis dua pekan lalu atau ada penyebab lain.

Temuan sementara versi pemerintah Libya sekarang, Qadhafi tewas dalam baku tembak antara pendukungnya dan pasukan revolusioner yang hendak merebut Sirte, kota kelahiran Qadhafi. Namun Abdul Jalil membuka kemungkinan baru, yakni Qadhafi bisa saja dibunuh oleh pendukungnya sendiri. Tujuannya: agar pendukung setia itu tak dikaitkan dengan kejahatan yang dilakukan sewaktu Qadhafi masih berkuasa. "Kematian Qadhafi merupakan keuntungan bagi mereka," kata Abdul Jalil.

Thailand
Sebulan dalam Genangan Banjir

Sebanyak 10 ribu pabrik di utara Thailand mulai terendam banjir. Perlahan-lahan air mulai mendekati pusat kota dan merendam beberapa area di Bangkok. Perdana Menteri Yingluck Shinawatra memperkirakan Thailand akan terendam banjir selama kurang-lebih satu bulan.

Meski sudah berusaha keras, pemerintah Thailand mengaku tak mampu menahan laju air secara keseluruhan. Menurut Yingluck, hanya ada setengah kesempatan untuk mencegah banjir meluas hingga ke pusat kota. Pernyataan ini memicu panik warga, sehingga mereka ramai-ramai memborong makanan dan minuman. Sebab, apabila air mencapai Kota Bangkok, ketinggian banjir bisa mencapai 1,5 meter.

Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra mengaku belum bisa memastikan waktu dan tingkat keparahan banjir di wilayahnya. "Sudah pasti akan diterpa banjir, tapi waktu dan tingkat keparahannya belum bisa dipastikan," ujarnya. "Ini bergantung pada bagaimana pemerintah mengelola banjir."

Kamis sore pekan lalu, warga Don Mueang di utara Thailand sudah mulai dievakuasi. Begitu pula warga Bang Plad di barat Thailand. Semua orang di Distrik Sai Mai juga diminta mengungsi untuk mencegah jatuhnya korban apabila tanggul pencegah banjir jebol.

El Salvador
100 Orang Tewas Akibat Banjir

Sedikitnya 100 orang tewas di antara 300 ribu warga El Salvador yang menjadi korban banjir. Sebagian dari mereka kehilangan nyawa akibat terjebak tanah longsor. Bencana ini terjadi setelah beberapa kawasan di negara itu diguyur hujan dan badai selama 10 hari. "Kami kehilangan semuanya," ujar Lopez, petani setempat, Kamis pekan lalu.

Selain merendam ribuan rumah, banjir merusak ladang pertanian penduduk, terutama jagung. Ketinggian banjir bisa mencapai tiga meter. Akibat bencana ini, El Salvador menderita kerugian hingga US$ 650 juta atau tiga persen dari pertumbuhan produk domestiknya. Perserikatan Bangsa-Bangsa segera mengirimkan bantuan untuk menolong para korban.

Cheta Nilawaty, Eko Ari (BBC, Businessweek, Haaretz.com, Dailymail.co.uk)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus