Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sarajevo - Paus Fransiskus mendatangi Sarajevo, ibukota Bosnia pada Sabtu, 6 Juni 2015. Ia datang ke Bosnia untuk mendukung proses rekonsiliasi pasca perang.
Paus akan mendorong umat Katolik yang hanya sekitar 15 persen dari populasi Bosnia agar lebih aktif berpartisipasi dalam proses perdamaian di negara yang dihuni oleh 40 persen muslim dan 31 persen Kristen Ortodoks Serbia itu.
"Saya mendorong Anda sekalian umat Katolik untuk berdiri bersama dengan semua warga negara sebagai saksi iman dan kasih Tuhan, bekerja untuk sebuah masyarakat yang berjalan menuju perdamaian, hidup berdampingan dan bekerja sama," kata Francis dalam pesan video minggu ini.
Seperti yang dilansir The Washington Post pada 6 Juni 2015, Paus tiba dengan mendapat pengawalan yang cukup ketat. Paus datang dengan menggunakan pesawat jet Alitalia di bandara utama Sarajevo. Ia disambut oleh Dragan Covic, anggota Bosnia’s three-way presidency dan Kardinal Bosnia Vinko Puljic.
Keamanan sangat ketat saat ribuan polisi berjaga-jaga di sepanjang rute iring-iringan Paus melalui kota. Toko-toko dan kafe ditutup dan warga di sepanjang rute diberitahu untuk tidak membuka jendela atau berdiri di atas balkon. Tapi mereka berbaris di sepanjang rute dan sungai.
Paus akan menggelar misa di stadion sepakbola dan juga bertemu dengan sejumlah anggota komunitas Muslim, Kristen Ortodoks dan Yahudi.Sekitar 100 ribu orang diharapkan akan menghadiri misa tersebut.
Selain Misa, Jesuit berusia 78 tahun memiliki jadwal pertemuan dengan pejabat pemerintah, bertemu dengan pastor dan suster dari seluruh daerah, serta pertemuan lintas agama dan terakhir akan bertemu dengan orang-orang muda.
Selain itu kedatangan Paus di Bosnia sendiri juga untuk memperhatikan soal perkembangan gereja Katolik di sana. Sekretaris negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, mencatat bahwa populasi Katolik telah menyusut di Bosnia sebagian karena tingkat pengangguran yang tinggi.
Saat ini umat katolik berkurang hingga 43 persen, dengan pengangguran pemuda mencapai 67 persen. Puluhan umat Katolik, yang memegang paspor Kroasia, telah meninggalkan Bosnia untuk mencari pekerjaan di Uni Eropa.
"Dalam beberapa paroki, hanya ada beberapa keluarga yang tersisa dan sebagian besar umat beriman sudah berusia lanjut," keluh Parolin.
WASHINGTON POST|YON DEMA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini