Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin membela dirinya dari kritikan publik yang dilontarkan karena ia sering berkeliling dunia dalam sepuluh bulan pertamanya menjabat pemimpin negara tersebut. Srettha menyampaikan pembelaan dirinya dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu, 22 Juni 2024.
“Beberapa dari kunjungan ini tidak dapat dihindari,” katanya, mengacu pada kunjungan resmi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), serta ke Cina dan Jepang, juga kunjungan ketiga ke Sri Lanka untuk menandatangani pakta perdagangan bebas.
Kunjungan-kunjungan lainnya bertujuan untuk menarik perdagangan dan investasi, kata Srettha. Perdana menteri itu dijuluki sebagai salesman Thailand, karena sering berbicara tentang tujuannya untuk memikat lebih banyak investasi asing ke negara tersebut. “Penting untuk pergi,” kata dia dalam sambutannya.
Seorang taipan real estat dan pendatang baru di bidang politik yang
Setelah menjadi perdana menteri pada Agustus 2023, Srettha telah melakukan 15 kunjungan ke luar negeri dalam waktu beberapa bulan. Pada Maret lalu, ia sempat berjanji akan berhenti bepergian ke luar negeri selama dua bulan sebagai tanggapan atas kritik publik.
“Dari 14 Maret hingga 15 Mei, saya tidak akan bepergian ke luar negeri. Saya telah mendengar komentar dan kekhawatiran Anda. Saya akan mengunjungi terminal bus Mor Chit, yang digunakan oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Tapi saya bersikeras perjalanan ke luar negeri adalah untuk kepentingan terbaik bangsa,” kata taipan real estate itu pada 20 Maret 2024 di media sosial X.
Sebelum pernyataan tersebut, kolumnis Sorakol Adulyanont di surat kabar Prachachart Thurakij mendesak Srettha untuk lebih memperhatikan masalah-masalah di dalam negeri dan mengunjungi terminal bus atau memeriksa operasi pemadaman kebakaran di wilayah utara yang dipenuhi polusi debu halus.
Srettha telah menghabiskan sekitar sepertiga dari enam bulan masa jabatannya di luar negeri untuk mempromosikan investasi di Thailand, teranyar pada pameran pariwisata di Berlin, Jerman. Namun perjalanan keliling dunianya menuai kritik karena tidak fokus pada isu-isu domestik seperti polusi perkotaan.
Somchai Sawangkarn, seorang senator yang vokal mengkritik pemerintah, sempat mengatakan bahwa Srettha telah melakukan banyak perjalanan, namun tidak ada hasil substansial yang terlihat.
“Rekor baru, 6 bulan menjabat perdana menteri, di luar negeri di 16 negara,” tulis Somchai di X pada Maret lalu. “Apakah ada hasilnya? Terbang ke sini, terbang ke sana.”
Mengutip Thai PBS World dan media Thailand lainnya, berikut daftar perjalanan Srettha ke luar negeri sejauh ini:
Tahun 2023
18-24 September: Amerika Serikat
28 September: Kamboja
9-10 Oktober: Hong Kong
10-11 Oktober: Brunei Darussalam
11-12 Oktober: Malaysia
12 Oktober: Singapura
16-19 Oktober: Cina
19-21 Oktober: Arab Saudi
29-30 Oktober: Laos
12-17 November: Amerika Serikat
27 November: Malaysia
14-18 Desember: Jepang
Tahun 2024
15-19 Januari: Swiss
3-4 Februari: Sri Lanka
4-6 Maret: Australia
6-7 Maret: Jerman
7-12 Maret: Prancis
12-14 Maret: Jerman
15-17 Mei: Prancis
17-21 Mei: Italia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Thailand Diprediksi Menghadapi Krisis Politik
REUTERS | THAI PBS WORLD
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini