Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertandingan sepak bola babak kualifikasi Iran melawan Kamboja pada Kamis, 10 Oktober 2019, akan menjadi sebuah tonggak sejarah bagi Iran. Pasalnya, pada pertandingan itu untuk pertama kalinya perempuan secara resmi boleh masuk ke stadion sepak bola.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari edition.cnn.com, pihak penyelenggara mengalokasikan 3.500 tiket bagi perempuan penggemar sepak bola yang secara mengejutkan tiket itu ludes terjual dalam hitungan kurang dari satu jam. Walhasil, tambahan 1.100 tiket dikeluarkan bagi pertandingan itu yang diselenggarakan di Stadion Azadi, Iran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ini sebuah sejarah besar bagi sepak bola Iran dan juga perempuan Iran yang memprotes hingga membuat mereka terancam dikirim ke penjara Evin, yang dikenal sebagai tahanan politik di Tehran,” kata James Montague, penulis buku soal sepak bola.
Iranians in Iran are tweeting with #WakeUpFIFA hoping that @FIFAcom could ensure that all women who want to watch the Oct. 10th game can attend the stadium. Government has capped the seats for women at 3500.@HRW thinks the cap is discriminatory & dangerous.https://t.co/K1qJ3agCg6 https://t.co/CovCbdLdiE
— Tara Sepehri Far (@sepehrifar) 8 Oktober 2019
Menurut Montague, semua mata saat ini tertuju pada Tehran untuk melihat apakah izin perempuan boleh masuk ke stadion sepak bola benar-benar terjadi. Dia mengingat pada tahun lalu, ada sekitar 30 perempuan ditahan saat mencoba menyaksikan pertandingan sepak bola, padahal ketika itu ada Gianni Infantino, Presiden FIFA, yang juga datang untuk menyaksikan Tehran Derby.
“Ini adalah sebuah situasi yang memperlihatkan perubahan. Semua orang menunggu, menahan nafas dan berharap perempuan Iran akhirnya diperbolehkan menyaksikan tim nasional mereka berlaga di dalam negeri pertama kali setelah 40 tahun,” kata Montague.
Iran tidak membolehkan perempuan datang menyaksikan pertandingan olahraga, jenis olahraga apapun dan di stadion mana pun di negara itu. Ini bukan undang-undang tertulis, namun diberlakukan tak lama setelah meletupnya revolusi Iran pada 1979.
Presiden FIFA Infantino baru-baru ini menyerukan larangan itu tidak bisa diterima. Dia pun mendesak otoritas Iran untuk mencabut larangan tersebut pada pertandingan kualifikasi sepak bola Piala Dunia 2022.