Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Rakyat Jepang Enggan Copot Masker Meski Tak Wajib Lagi

Aturan wajib masker di Jepang sudah berakhir sejak kemarin, namun rakyatnya tetap menggunakan penutup wajah ini. Apa sebabnya?

14 Maret 2023 | 07.00 WIB

Seorang wanita mengenakan masker pelindung berjalan di jalan di tengah hujan salju, di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di Tokyo, Jepang 6 Januari 2022. REUTERS/Issei Kato
Perbesar
Seorang wanita mengenakan masker pelindung berjalan di jalan di tengah hujan salju, di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di Tokyo, Jepang 6 Januari 2022. REUTERS/Issei Kato

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jepang resmi mencabut kewajiban pemaikaian masker pada Senin, 13 Maret 2023. Sebelumnya selama tiga tahun terakhir Jepang mewajibkan pemaikaian masker akibat pandemi Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Taman hiburan di Jepang seperti Tokyo Disneyland, Kereta Api Jepang dan operator bioskop Toho termasuk di antara perusahaan besar yang mengizinkan pelanggan untuk tidak menggunakan masker mulai Senin. Meski kewajiban masker berakhir, tak mudah mengubah perilaku masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan penutup wajah ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemakaian masker di Jepang sudah dilakukan sejak sebelum pandemi. “Mengenakan masker adalah bagian dari budaya kami bahkan sebelum COVID-19,” kata Hitoshi Oshitani, profesor Universitas Tohoku yang merupakan arsitek respons COVID-19 Jepang. "Saya pikir banyak orang akan memakai masker bahkan setelah aturannya dilonggarkan."

Jepang adalah salah satu ekonomi besar terakhir yang mengendurkan penggunaan masker di seluruh negeri. Namun masyarakatnya banyak yang enggan menanggalkan masker. "Mengenai masker, saya pikir lebih aman memakainya saat naik transportasi umum untuk mencegah penularan," kata Yutaka Izawa, 60 tahun, saat berjalan di sekitar distrik perbelanjaan Ginza di Tokyo.

Selain Jepang, Korea Selatan membatalkan sebagian besar persyaratan masker dalam ruangan pada Januari. Adapun Singapura mengizinkan warganya tak bermasker di transportasi umum sejak bulan lalu. Amerika Serikat dan Inggris menghentikan sebagian besar mandat penggunaan masker awal tahun lalu.

Hanako Kuno, 35, mengatakan perjalanan bisnis ke luar negeri membuatnya terbiasa hidup tanpa masker. "Secara pribadi, saya pikir tidak apa-apa untuk melepaskannya, dan terutama ketika saya berada di luar, saya tidak melihat gunanya memakainya," kata Kuno, yang menjalankan sebuah perusahaan sumber daya manusia.

Jepang telah melonggarkan norma tentang masker. Pidato tanpa masker di parlemen diizinkan dan sekolah juga belum memutuskan apakah akan mewajibkan atau tidak.

Kepala juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno mengatakan pekan lalu bahwa masker tidak lagi diperlukan pada rapat Kabinet mulai Senin. Keputusan tentang masker akan diserahkan kepada masing-masing ruang kerja.

"Sampai hari ini, pemakaian masker merupakan kebijakan masing-masing individu," kata Gubernur Tokyo Yuriko Koike kepada wartawan, Senin. "Namun, demam juga cukup intens musim ini, jadi saya pikir itu bermuara pada fakta bahwa Anda bisa memakainya untuk alasan yang berbeda."

Tingkat vaksinasi COVID-19 Jepang mencapai lebih dari 80 persen dan kasus telah surut setelah gelombang infeksi kedelapan yang memuncak pada awal Januari. Profesor Universitas Kyoto Hiroshi Nishiura, salah satu suara yang lebih konservatif di antara pakar respons pandemi Jepang, mengatakan bahwa masker sukarela di transportasi umum dan di ruang lain dapat terus bermanfaat dalam melindungi dari infeksi. "Itu bisa saja dimasukkan sebagai bagian dari kebiasaan kita sehari-hari," katanya. "Keputusan pemerintah saat ini merusak niat itu."

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus