Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Remaja Perekam Pembunuhan George Floyd Dapat Penghargaan dari Pulitzer Prize

Remaja yang merekam detik-detik kematian George Floyd lewat ponsel, Darnella Frazier, menerima penghargaan khusus dari Pulitzer Prize.

12 Juni 2021 | 14.00 WIB

Proses penangkapan pria keturunan Afro-Amerika bernama George Floyd, 46 tahun, saat dibekuk polisi Derek Chauvin pada Senin 25 Mei lalu. George Floyd tewas setelah lehernya ditindih yang menyebabkan kehabisan nafas. dailymail.co.uk
Perbesar
Proses penangkapan pria keturunan Afro-Amerika bernama George Floyd, 46 tahun, saat dibekuk polisi Derek Chauvin pada Senin 25 Mei lalu. George Floyd tewas setelah lehernya ditindih yang menyebabkan kehabisan nafas. dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, - Remaja yang merekam detik-detik kematian George Floyd lewat ponsel, Darnella Frazier, menerima penghargaan khusus dari Pulitzer Prize, ajang paling bergengsi dalam jurnalisme Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"(Video Frazier) menyoroti peran penting warga negara dalam pencarian jurnalis untuk kebenaran dan keadilan," kata dewan Pulitzer dikutip dari Al Jazeera, Sabtu, 12 Juni 2021.

Mindy Marques, ketua bersama dewan, pada Jumat menyebut video Frazier transformatif dan mampu menggerakkan orang-orang yang melihatnya hingga memicu protes terhadap kebrutalan polisi di seluruh dunia.

George Floyd, seorang pria kulit hitam, meninggal pada 25 Mei 2020, saat dia dijepit ke tanah oleh petugas polisi Minneapolis, Minnesota, Derek Chauvin.

Video yang direkam oleh Frazier yang saat itu berusia 17 tahun, menunjukkan Chauvin berlutut di leher Floyd selama 9 menit, 29 detik. Dalam rekaman itu terdengar pula suara Floyd yang mengatakan "Saya tidak bisa bernapas" hingga memicu gelombang protes, pertama di Minnesota dan kemudian di seluruh negeri.

Chauvin kemudian dihukum karena pembunuhan.

Frazier bersaksi di persidangan pembunuhan Chauvin pada Maret dengan mengatakan bahwa momen Floyd ditahan di tanah memaksanya untuk tetap tinggal: “Itu tidak benar. Dia menderita. Dia kesakitan," katanya.

“Saya terus meminta maaf dan meminta maaf kepada George Floyd karena tidak melakukan lebih banyak dan tidak berinteraksi secara fisik dan tidak menyelamatkan hidupnya,” kata Frazier.

Sumber: AL JAZEERA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus