Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin, Rabu 16 Mei 2018, mengatakan, Rusia mengerahkan kapal perang dilengkapi senjata rudal Kalibr ke Laut Mediterania. Menurutnya, kapal ini mendapatkan tugas tetap menghadapi serangan di Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jumlah keseluruhannya mencapai 102 kapal, terdiri dari kapal perang permukaan dan kapal selam. Pengerahan semua kapal tempur itu dijadwalkan tahun ini," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lihat foto: Kapal Perang Rusia Tembakan 26 Rudal ke Suriah
Kapal selam Rusia Proyek 636.3 adalah pengembangan dari kapal selam Kelas Kilo dengan tingkat kebisingan sangat rendah, sehingga disebut sebagai kapal selam diesel-listrik paling senyap di dunia. Kilo mampu menyelam hingga kedalaman 350 m dengan kecepatan berenang mencapai 36 Km/perjam. Kilo dipersenjatai torpedo, rudal jelajah Kalibr, dan rudal anti kapal. sohucs.com
"Pengerahan kapal perang itu untuk menghadapi risiko serangan teroris internasional di Suriah sehingga kapal kita perlu dipersenjatai dengan rudal permukaan. Semuanya mendapatkan tugas permanen di Mediterania," katanya dalam sebuah rapat keamanan di Kota Sochi, Rusia.
Middle East Monitor melaporkan, pasukan angkatan bersenjata Rusia menggunakan rudal untuk pertama kalinya pada Oktober 2015 untuk menyerang posisi ISIS di Suriah.Kapal perang Rusia jenis frigat, Admiral Essen menembakan rudal jelajah Kalibr untuk menggempur ISIS di Deir al-Zor, Suriah, 5 September 2017. Serangan rudal jelajah dari Laut Mediteranian ini menghancurkan pertahanan ISIS di kota yang menjadi basis utama ISIS di Suriah. Russian Defence Ministry/Handout via REUTERS TV
Rusia adalah sekutu dekat Suriah, selain Iran. Sejak terjadi perang saudara di Suriah pada 2011, negeri itu mengalami kesulitan menghadapi pemberontakan dari berbagai kelompok oposisi.
Lihat foto: Rusia Gempur ISIS dengan Rudal Jelajah Kalibr
Untuk menghadapai mereka, Presiden Suriah Bashar al-Assad meminta bantuan Rusia pada 2015 guna menumpas para pemberontak. Suriah juga mendapatkan dukungan dari Iran dan Hizbullah, kelompok bersenjata Syiah dari Libanon.