Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan orang tewas menyusul sikap keras petugas keamanan menghalau peserta unjuk rasa menentang pemerintah di kawasan Oromia dan Amhara, Ethiopia, pada akhir pekan.
Salah seorang pemimpin oposisi mengatakan kepada kantor berita AFP, lebih dari 50 orang tewas akibat kekerasan yang dilancarkan petugas keamanan. Amnesty International menyebut lebih dari 90 orang terbunuh.
Menurut laporan kantor berita milik pemerintah Ethiopia, demonstrasi yang digalang kelompok anti-pemerintah itu ilegal, anti-perdamaian, dan tak bisa dikendalikan. Namun kantor berita ini tak menyebutkan jumlah korban jiwa.
Pada aksi tersebut, polisi menembakkan gas air mata dan memblokir jalan menuju kota-kota di kawasan Oromia setelah ada seruan spontan melalui jejaring media sosial agar warga turun ke jalan menentang pemerintah.
"Kami menerima laporan jumlah korban jiwa antara 48 hingga 50 orang di Oromia. Jumlah korban tewas ini kemungkinan akan bertambah karena banyak yang mengalami luka serius," kata Merera Gudina, pemimpin oposisi dari Kongres Rakyat Oromia.
Seorang diplomat asing membenarkan bahwa jumlah korban jiwa mencapai 49 orang. Menurutnya, di antara kota yang dihantam kekerasan buruk itu adalah Nekemte, sebuah kota di sebelah barat Ethiopia. "Di kota ini, 15 orang meninggal," katanya. Sedangkan di Bahir Dar, 27 orang tewas.
"Unjuk rasa ini tampaknya terorganisir dengan baik," ucapnya. "Respons brutal pasukan keamanan justru disambut perlawan peserta unjuk rasa sehinga menimbulkan banyak korban jiwa."
Adapun Amnesty International mengatakan jumlah korban tewas mencapai 97 orang dengan rincian 67 orang tewas di Oromia dan 30 lainnya di Amhara ketika mereka berunjuk rasa pada Sabtu dan Ahad, 7 Agustus 2016.
"Pasukan keamanan Ethiopia menggunakan kekerasan sistematis untuk membungkam kebebasan bersuara," kata Michelle Kagari, dari Amnesty International.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini