Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Soal Penarikan Pasukan AS yang Kacau dari Afghanistan, Biden Salahkan Trump

Perang 20 tahun di Afghanistan, konflik terpanjang yang melibatkan pasukan AS, dimulai di bawah pemerintahan George W. Bush dan Presiden Barack Obama.

8 April 2023 | 16.38 WIB

Anggota pasukan elit Badri 313 berjaga-jaga saat juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyampaikan sambutannya di bandara Kabul, Afghanistan 31 Agustus 2021. Amerika menyelesaikan proses penarikan pasukan dan evakuasi warga sehari sebelum deadline yang ditetapkan Taliban selaku penguasa baru Afghanistan. Twitter
Perbesar
Anggota pasukan elit Badri 313 berjaga-jaga saat juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyampaikan sambutannya di bandara Kabul, Afghanistan 31 Agustus 2021. Amerika menyelesaikan proses penarikan pasukan dan evakuasi warga sehari sebelum deadline yang ditetapkan Taliban selaku penguasa baru Afghanistan. Twitter

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Presiden Joe Biden pada Kamis, 6 April 2023, merilis ringkasan laporan rahasia yang sebagian besar menyalahkan penarikan pasukan AS yang kacau pada Agustus 2021 dari Afghanistan pada pendahulunya, Donald Trump, karena gagal merencanakan penarikan yang telah dia setujui dengan orang-orang Taliban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Rangkuman pemerintahan Demokrat, yang diambil dari ulasan Departemen Luar Negeri dan Pentagon yang sangat rahasia yang dikirim ke Kongres, memicu reaksi marah dari anggota parlemen Republik yang telah meminta dokumen untuk penyelidikan mereka sendiri atas penarikan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Michael McCaul, ketua Komisi Hubungan Luar Negeri DPR AS dari Partai Republik, mengecam keras pemerintahan tersebut. Biden memerintahkan penarikan dan "bertanggung jawab atas kegagalan besar dalam perencanaan dan pelaksanaan," kata McCaul dalam sebuah pernyataan.

Akhir yang Kacau untuk Perang Terpanjang Amerika

Penarikan yang mengakhiri perang terpanjang Amerika mengakibatkan puluhan ribu warga Afghanistan yang putus asa melarikan diri dari kembalinya kekuasaan Taliban yang garis keras memenuhi bandara internasional Kabul, beberapa menyerahkan bayi kepada pasukan AS atau menerobos dan berpegangan pada pesawat yang akan berangkat.

Pemerintahan Trump juga "memusnahkan" layanan dukungan pengungsi dan hampir menghentikan pemrosesan Visa Imigrasi Khusus untuk ribuan warga Afghanistan yang mencari evakuasi karena mereka bekerja untuk pemerintah AS, meninggalkan tumpukan besar pekerjaan yang tak selesai, kata ringkasan itu.

"Transisi penting. Itu pelajaran pertama yang diambil di sini. Dan, pemerintahan berikutnya tidak mampu berbuat banyak,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, kepada wartawan.

Ringkasan 12 halaman melimpahkan tanggung jawab untuk kekacauan penarikan dan operasi evakuasi pada penilaian intelijen dan militer AS yang gagal melihat kecepatan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban dan memprediksi bahwa pasukan keamanan Afghanistan akan menguasai Kabul.

“Hingga Mei 2021, penilaian masih menunjukkan bahwa Kabul mungkin tidak akan mendapat tekanan serius hingga akhir 2021 setelah pasukan AS pergi,” kata ringkasan itu.

Didesak apakah Biden memikul tanggung jawab atas kekacauan bandara Kabul, Kirby menjawab, "Hanya karena sebagai panglima tertinggi, dia memikul tanggung jawab atas perintah yang dia berikan."

Penarikan Ditunda

Perang 20 tahun di Afghanistan, konflik terpanjang yang melibatkan pasukan AS, dimulai di bawah pemerintahan George W. Bush dan dilanjutkan di bawah Presiden Barack Obama. Lebih dari 100 ribu orang terbunuh dan sekitar 3 juta orang terusir, menurut data dari non partisan proyek Costs of War di Brown University.

Dalam kampanye 2020, Biden menjanjikan mengakhiri “perang selamanya” dan menarik pasukan Dari Afghanistan, meskipun ia menunda penarikan yang telah disetujui Trump selama tiga bulan hingga akhir Agustus 2021. Pemerintah Kabul yang didukung AS runtuh pada 15 Agustus ketika Taliban memasuki kota.

Kekisruhan dan kekacauan saat AS pergi menimbulkan pertanyaan tentang kepemimpinan Biden, kualitas intelijen AS, dan komitmen Amerika terhadap hak asasi manusia dan ribuan warga Afghanistan yang menjadi sandarannya.

Seorang pengebom bunuh diri Negara Islam pada 26 Agustus 2021, menewaskan 13 anggota dinas AS dan 170 warga Afghanistan saat mereka berkerumun di luar gerbang bandara.

Ribuan warga Amerika, pemegang green card, dan warga Afghanistan yang telah mengajukan permohonan untuk visa-visa imigrasi khusus tidak dapat berangkat dengan angkutan udara AS terbesar yang pernah tercatat.

Secara keseluruhan, sekitar 124.000 orang Amerika, pemegang kartu hijau, dan warga Afghanistan - banyak di antaranya tidak diperiksa - diterbangkan sebelum penarikan AS berakhir sesaat sebelum peringatan 20 tahun invasi yang dipimpin AS ke Afghanistan.

Pemerintahan Trump setuju dalam kesepakatan Februari 2020 dengan Taliban tentang penarikan semua pasukan internasional pimpinan AS pada Mei 2021. Milisi Islam itu setuju untuk berhenti menyerang pasukan Amerika dan mengadakan pembicaraan damai dengan pemerintah Kabul yang didukung Barat.

Dalam memaparkan kronologi penarikan, ringkasan tersebut mengatakan bahwa pengurangan pasukan berturut-turut yang diperintahkan oleh Trump telah menyisakan 2.500 tentara AS di Afghanistan ketika Biden menjabat pada Januari 2021. Hasilnya adalah bahwa Taliban menguasai atau memperebutkan separuh negara, kata ringkasan itu.

Dihadapkan pilihan tentang menunda penarikan atau meningkatkan jumlah pasukan AS dan menghadapi serangan baru Taliban, Biden memilih yang pertama dan memerintahkan rencana penarikan dan operasi evakuasi, kata ringkasan tersebut. 

REUTERS

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus