KANTOR pos di El Arish paginya -- seperti biasa sesudah perang
1967 -- masih menjual perangko Israel. Siangnya adalah benda pos
dan stempel Mesir yang muncul di sana. Pertukaran itu mengikuti
peralihan kekuasaan pekan ini. El Arish merupakan tempat pertama
di Sinai yang dikembalikan Israel kepada Mesir. Penduduknya
(sekitar 35.000 orang) menyambut kejadian ini dengan
bersuka-ria.
Dua hari kemudian (27 Mei), Presiden Mesir Anwar Sadat dan PM
Israel Menachem Begin bertemu di El Arish, menyaksikan
pelaksanaan perjanjian damai mereka. Kemudian keduanya, menurut
rencana, meresmikan pula perhubungan udara antara Tel Aviv dan
Kairo. Di Terusan Suez pada waktu bersamaan diizinkan pula
berlayar untuk pertama kalinya tiga kapal AL Israel.
Tapi langkah damai ini telah membuat Mesir diboikot oleh sesama
bangsa Arab. Tujuhbelas anggota Liga Arab telah memutuskan
hubungan diplomatik dengan Mesir. Cuma 3 anggota Liga lainnya
(Oman, Sudan dan Somalia) tidak ikut-ikutan. Bahkan Iran turut
memutuskan hubungan. Berbagai organisasi Arab lainnya pun
mendepak Mesir keluar.
Juga pahit bagi Mesir ketika delegasinya juga tidak dibolehkan
mengikuti Konperensi Islam ke-10 tingkat menteri luar negeri dua
pekan lalu di Fez, Maroko Padahal, konperensi itu diikuti juga
oleh perutusan dari Afrika dan Asia (termasuk Indonesia) yang,
tentu saja, merasa kikuk dengan gelombang "menghukum Sadat" di
sana.
Sadat dalam suatu pidato pekan lalu mengumumkan bahwa Mesir akan
menyelenggarakan suatu konperensi negara-negara Islam tersendiri
di Kairo, terutama untuk membahas pembebasan kota suci
Jerusalem. Justru soal pembebasan Jerusalem itu tidak tegas
terjamin dalam perjanjian perdamaian Mesir-Israel. Namun Sadat
yakin bisa mencapainya secara bertahap. Negara-negara Arab
lainnya, karena memperhatikan sikap Israel mengenai masa depan
Palestina di tepi barat sungai Jordan dan jalur Gaza, sangat
tidak yakin dengan jalan yang ditempuh Sadat dalam hal
Jerusalem.
PM Begin pekan lalu kebetulan mene skan lagi sikap Israel.
"Kami menerima baik prinsip otonomi, bukan prinsip kedaulatan
(negara) Palestina," katanya, dalam suatu wawancara radio,
sambil ia mengundang Raja Hussein dari Jordania untuk berunding.
Raja Hussein tega menolaknya.
Sadat mengaku bahwa ada perbedaan pendapat yang besar antara
Mesir dan Islael. Begin cuma menawarkan otonomi terbatas bagi
rakyat Palestina di wilayah Gaza dan tepi barat sungai Jordan.
Namun Sadat, menurut Mena (kantor berita Mesir), "optimis bahwa
perbedaan pendapat itu bisa diatasi" dalam perundingannya dengan
Begin di Beersheha atau El Arish.
Menlu AS Cyrus Vance dikabarkan mencoba lagi
"diplomasi-bolak-balik" antara Mesir dan Israel pekan ini
menjelang Sadat-Begin bertemu 27 Mei. Robert Strauss, duta
keliling AS yang baru untuk Timur Tengah, meramalkan perundingan
itu dengan peranan mediasi AS "akan bersifat tegang".
Berita dari Amman pekan lalu menyebut tentang kembalinya Menlu
Jordania Hassan Ibrahim dari perundingan di Moskow. Raja
Hussein, kabarnya mulai mendukung, gagasan Irak supaya
diadakan KTT Arab yang baru. Sumber Barat berspekulasi bahwa
Raja Hussein kini bermaksud "memainkan kartu Soviet". Presiden
Irak Hassan Bakr tadinya mengusulkan KTT Arab untuk mempertegas
pemboikotan politik dan ekonomi terhadap Mesir.
Khalid Berbeda
Boikot itu sudah makin tegas dari Arab Saudi yang kabarnya tidak
akan membiayai lagi pembelian 50 pesawat telnpur (type F-5E)
dari Amerika untuk Mesir. Semula Saudi telah bersedia
mmbayarnya sebanyak $525 juta. Sadat akan tetap ingin
membelinya. Dengan apa? Dalam suatu interpiu New York Times,
Sadat menjawab bahwa dia akan meminta rakyat Amerika
membiayainya.
Saudi, demikian NYT mengutip Sadat, berniat membeli 2000 pesawat
Mirage dari Perancis, hingga mungkin liadh membatalkan rencana
pembelian 60 jet tempur F-15 dari Amerika yang sudah disetujui
Congress tahun lalu. Menurut AP, Pangeran Mahkota Fahd dari
Saudi yang berada di Paris pekan lalu membantah tentang adanya
rencana itu. Namun Amerika sudah mendapat pesan bahwa Saudi bisa
membeli senjata dari tempat lain, bila perlu.
Suratkabar Libanon mengutip keterangan Pangeran Fahd Sabtu lalu
bahwa Arab Saudi bersedia berperang guna "merebut kembali"
Jerusalem. "Kita tidak kekurangan segalanya. Kita cukup uang,
minyak maupun sumber daya manusia," demikian Pangeran Fahd, yang
menjabat Wakil PM Arab Saudi.
Sementara itu Raja Khalid pekan ini berada di Maroko untuk suatu
kunjungan resmi pertama kali. Kunjungan Raja Saudi itu, tulis
koran Al Jazira di Riyadh, suatu "dorongan baru kepada front
Arab."
Raja Khalid, demikian pidato Sadat pekan lalu, "terbawa arus"
oleh front Arab penolak. Raja Saudi ini "sangat jauh berbeda"
dengan almarhum Raja Faisal, katanya. Tapi "Mesir tidak dapat
dikucilkan."
Walaupun diboikot, Sadat tampaknya tidak gusar, terutama dalam
hal senjata dan ekonomi. Janji Presiden Jimmy Carter, demikian
koran Al Ahram di Kairo, akan terwujud tidak lama lagi berupa
pesawat Phantom, peluru kendali dan perlengkapan militer lainnya
seharga $1,5 milyar. Phantom itu -- tidak diketahui berapa
jumlahnya -- akan bisa terbang di udara Mesir Oktober nanti.
Dalam Oktober itu pula lapangan minyaknya di Sinai sudah akan
diterimanya kembali dari tanan Israel. Dengan minyak dari Sinai
itu, kebutuhannya di dalam negeri terjamin.
Karena Saudi ikut memboikot Mesir, akibatnya akan dirasakan juga
oleh kepentingan bisnis Barat. Misalnya, Saudi pekan lalu
mengumumkan bantuannya dibatalkan mulai 1 Juli untuk usaha
industri persenjataan di Mesir.
Usaha yang disebut Arab Organisations for Industrialisation itu
dibangun 4 tahun lalu dengan tujuan swa-sembada dalam keperluan
militer. Negara-negara Teluk Persia tadinya menjamin modal
(lebih $1 milyar), sedang Mesir menyediakan pabrik dan tenaga
kerja yang trampil. Konsorsium itu menandatangani kontrak dengan
banyak perusahaan Inggeris, Perancis dan Amerika.
Qatar dan Persatuan Emirat. Arab mengikuti jejak Saudi, tapi
Kairo tampaknya cenderung memblokir penarikan kekayaan mereka
dengan harapan supaya bisa melanjutkan industri Mesir. Namun
kelanjutannya masih akan terancam oleh kekurangan dana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini