Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ucapan calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, telah memicu kemarahan masyarakat. Sebuah video produksi 2005 yang tersebar, Jumat, 7 Oktober 2016, Trump melontarkan serangkaian komentar kasar tentang wanita.
Dalam video tersebut, Trump dengan arogan mengatakan, “Ketika kamu seorang bintang, mereka akan membiarkanmu melakukannya. Kamu bisa melakukan segalanya kalau kamu seorang bintang.”
Menanggapi hal itu, penulis Kanada Kelly Oxford meminta kaum wanita untuk menceritakan kisah pelecehan seksualnya melalui akun twitter. Oxford lebih dahulu menceritakan pengalamannya pertama kali mengalami pelecehan seksual di dalam bus saat berusia 12 tahun.
“Ketiga kalinya, saya mendapatkan tindakan pelecehan seksual dari seorang dokter kulit. Ia meminta saya untuk menanggalkan pakaian di kantornya saat berusia 14 tahun,” tulis Oxford melanjutkan lewat akun twitternya @kellyoxford. Tanpa disangka-sangka, respons cuitannya itu luar biasa.
Oxford menerima 50 cuitan balasan per menit selama 14 jam. Respons tersebut membuat Oxford menulis, “Tidak ada satu pun yang menyangkal adanya pelecehan seksual, kalian bisa lihat timeline saya sekarang. "
Secara mengkhawatirkan, ternyata banyak terjadi pelecehan seksual ketika mereka masih anak-anak. Bahkan, beberapa orang menanggapi dengan menceritakan bagaimana mereka diperkosa di sejumlah kesempatan.
Oxford mengatakan hal itu menyisakan rasa shock yang luar biasa setelah melihat jumlah tanggapan cuitannya. Dia meminta masyarakat untuk tidak mengabaikan kesaksian mereka. Menurut Oxford, permintaan maaf Donald Trump setelah video itu dirilis dinilai setengah hati. Trump hanya mengatakan bahwa dirinya menyesal jika ada pihak yang tersinggung atas sikapnya. Trump terpaksa menyampaikan pernyataan maaf lewat video, kata Oxford.
METRO.CO.UK | LARISSA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini