Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang perempuan sempat mengucapkan selamat tinggal melalui panggilan video FaceTime sebelum ibunya meninggal karena virus Corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Michelle Bennett tidak menduga dia bisa mengucapkan selamat tinggal kepada ibunya sebelum dia meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti banyak keluarga di seluruh dunia saat ini, Bennett diberi tahu bahwa dia tidak mungkin berada di tempat yang sama dengan ibunya yang berusia 75 tahun, Carolann Christine Gann, yang telah terinfeksi virus Corona dan mendekati akhir hidupnya.
"Tidak bisa berada di sana dan memegang tangan ibuku, mengusap kepalanya, mengatakan kepadanya hal-hal yang ingin aku katakan padanya. Perasaan itu begitu tak berdaya, aku hanya bisa mengingat hari-hari menjelang merasa begitu frustrasi dan tak berdaya, dan tidak dapat berbicara dengannya karena dia tidak sadar selama waktu itu," kata Bennett, dikutip dari CNN, 1 April 2020.
Tetapi pada 26 Maret, seorang perawat perawat rumah sakit Swedish Issaquah di Washington yang bernama Tatyana tahu Gann akan segera meninggal. Dia mengenakan perlengkapan pelindung dan menggunakan ponsel pribadinya untuk memberi Bennett kesempatan mengucapkan selamat tinggal via FaceTime, menurut saluran televisi KIRO 7.
Bennett mengatakan perawat meneleponnya dari ponsel pribadinya dan mengatakan bahwa napas ibunya berubah dan dia mungkin tidak akan hidup lebih lama.
"Aku akan mengangkat telepon ke wajahnya agar kamu bisa memberitahunya bahwa kamu mencintainya dan mengucapkan selamat tinggal," kata Bennett, meniru kata-kata perawat kepadanya. "Dia tidak akan sendirian, kita akan tinggal bersamanya sampai akhir."
Sepuluh menit kemudian, Bennett mengatakan dia berbicara dengan ibunya yang sakit via FaceTime.
"Aku sangat mencintaimu," kata Bennett kepada ibunya, seraya saling meminta maaf atas hubungan pasang surut keduanya.
"Aku memaafkanmu, Bu, aku mencintaimu. Aku tahu aku tidak punya kesempatan untuk mengatakannya," kata Bennett.
Dia mengakui sulit mengungkapkan perasaannya ketika dia tidak benar-benar ada, tetapi dia berharap ibunya mendengar kata-kata terakhirnya.
Gann sendiri pernah bekerja sebagai perawat selama 38 tahun, di Northwest Hospital, Evergreen Hospital, dan Harborview Medical Center, menurut KIRO 7.
Ibu Bennett tidak memiliki kehidupan yang mudah. Ayah Gann menembak dan membunuh ibunya di depannya ketika dia baru berusia 15 bulan. Dia dibesarkan oleh bibinya dan pamannya. Dia kemudian memiliki lima anak, salah satunya Bennett.
"Bu, tidak apa-apa untuk meneruskan. Tidak apa-apa untuk pergi sekarang," lanjut cerita Bennett kepada pembawa acara CNN.
Ibu Bennet meninggal satu jam kemudian setelah panggilan video.
“I’m hoping even though it was Facetime…she could hear my voice and I said, ‘mom it’s okay to pass on. It is okay to go now.’ Within an hour she left.”
— CNN Newsroom (@CNNnewsroom) March 30, 2020
In an emotional interview, a daughter who lost her mother to coronavirus, recounts saying goodbye for the final time. pic.twitter.com/cilauiNYvK
Bennet mengatakan dia melihat perawat menangis ketika dia mengambil telepon.
"Aku tahu betapa sulitnya ini bagi mereka," katanya. "Aku tidak bisa membayangkan berada di garis depan dan harus pulang setiap hari dan mengambil risiko infeksi sendiri, tetapi kemudian memiliki kasih sayang dan empati untuk berada di sana pada saat itu, seolah-olah itu adalah ibu mereka sendiri. Itu adalah satu satu hal paling menakjubkan yang pernah saya alami."
Bennett menceritakan ini saat wawancara televisi dengan pembawa berita CNN. Kisah emosional Bennett bahkan membuat pembawa berita CNN menangis pada Senin sore.
"Itu bahkan bukan ibuku sendiri," kata pembawa acara CNN, Brooke Baldwin, sambil menahan air mata. "Hatiku berduka untukmu."
Korban meninggal virus Corona di Amerika Serikat naik melewati 3.000 korban jiwa pada hari Senin.
Menurut laporan Reuters, 31 Maret 2020, total kematian di seluruh Amerika Serikat mencapai 3.017, termasuk setidaknya 540 kematian baru pada hari Senin, dan kasus yang dilaporkan naik menjadi lebih dari 163.000 kasus.
Amerika Serikat memiliki kasus virus Corona tertinggi di dunia, dan jumlah ini kemungkinan lebih banyak jika tes massal virus dilakukan.
Presiden Donald Trump mengatakan bahwa lebih dari 1 juta orang Amerika telah dites virus Corona, atau jumlah kurang dari 3% populasi.