Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - David Zih, yang bekerja di industri film Hungaria, tidak pernah menyangka dia akan tinggal di yurt untuk menghindari melonjaknya biaya hidup. Dia merencanakan sebuah rumah dengan teras dan pemandangan di sebidang tanahnya di dekat Budapest.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tetapi biaya konstruksi dan harga energi yang meningkat telah memaksanya untuk memikirkan kembali. Kepala teknisi kamera berusia 37 tahun itu telah membeli yurt, tenda besar berbentuk lingkaran seperti kubah seperti yang digunakan oleh orang-orang nomaden di stepa Asia Tengah.
"Pada saat yurt siap, harganya akan menjadi setengah dari harga rumah sederhana. Saya mendapat penawaran untuk rumah seperti itu di musim semi dan pada musim gugur biayanya naik 30% lagi," kata Zih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rumah barunya, dengan jendela dan lantai kayu berinsulasi, serta dinding dan langit-langit kayu berpalang yang dilapisi insulasi dan kedap air, seluas 80 meter persegi. Tenda kubah ini berdiri di antara pohon-pohon pinus di Budakeszi dan selesai sebelum musim dingin datang.
Zih, yang sebelumnya tinggal di flat sewaan dengan sistem pemanas komunal, mengatakan begitu dia pindah, dia akan menghemat besar di yurt yang akan dia panaskan menggunakan pemanas listrik di dinding.
Zih adalah salah satu dari orang Hongaria yang memilih yurt sebagai akomodasi permanen mereka karena krisis energi.
Pembangun yurt, Gabor Adorjan, mengatakan pesanan melonjak dan dia penuh dipesan hingga musim panas mendatang, semuanya dengan pesanan untuk yurt ukuran terbesar yang biasanya digunakan sebagai rumah.
Dia memperkirakan sekitar 1.000 yurt ada di Hongaria sekarang, dengan peningkatan jumlah yang digunakan sebagai rumah. Sebelumnya, mereka hanya digunakan untuk turis atau tempat tinggal sementara.
Petra Pogany-Bago menyiapkan makan siang saat suaminya Mihaly bekerja di tenda yurt mereka di dekat Kecskemet, Hongaria, 29 Agustus 2022. REUTERS/Bernadett Szab
Rumah masa depan
"Ada yang mengatakan akan tetap seperti ini di masa depan mungkin karena banyak orang memilih ini bukan hanya karena kenaikan harga energi tetapi juga karena kenaikan harga konstruksi," kata Adorjan.
Membangun yurt hingga seukuran milik Zih akan menelan biaya kurang dari 10 juta forint (sekitar Rp358 juta), kurang dari seperempat biaya membangun rumah kecil.
Pembangunan yurt terbesar membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Ada sekitar selusin pembuat yurt di Hongaria, dan kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa mereka mendapat banyak pertanyaan dan pesanan baru.
Yurt lebih murah untuk dipanaskan, karena udara bersirkulasi dalam satu ruang bundar yang menahan panas lebih lama, sementara dindingnya diisolasi, kata Adorjan.
"Bahkan kompor kecil bisa memanaskan yurt dalam waktu singkat," kata Adorjan.
Keluarga Pogany, yang tinggal di sebuah peternakan dekat Kecskemet di Hungaria timur, hidup dari beternak domba dan menanam labu, pindah ke yurt mereka tiga bulan lalu.
Biasanya, mereka hanya memanaskan satu ruangan dengan tungku kayu di rumah lama untuk menghemat biaya, dan itu pun menjadi dingin di pagi hari. Sekarang mereka cukup menggunakan kompor dan pemanas lantai listrik di yurt mereka, yang didekorasi dan ditata seperti apartemen, dengan gambar, tanaman, sofa, tempat tidur, meja makan, dan area dapur yang rapi.
Mereka berharap anak mereka bisa tetap hangat dengan biaya energi ;eboih murah. Mereka berencana tinggal di yurt selama bertahun-tahun, sambil mencoba menabung untuk membangun kembali rumah pertanian lama mereka.
"Bagi saya ini sangat melegakan... Saya tidak takut kami kedinginan karena saya tahu kompor akan membuat kami tetap hangat," kata Petra Pogany-Bago, pengasuh bayi berusia 22 tahun, sambil duduk di samping suaminya,di rumah mereka yang nyaman di sebuah kota kecil di Hungaria.
Reuters