Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Investigasi

Berita Tempo Plus

Dampak Buruk Penambangan Nikel Antam di Tanjung Buli

Laut, darat, dan udara Tanjung Buli rusak setelah ada penambangan bijih nikel. Nelayan kehilangan mata pencarian.

28 Maret 2020 | 00.00 WIB

Wilayah bekas tambang PT Yudishtira Bumi Bhakti, Buli, Mabak, Halmahera Timur. TEMPO
Perbesar
Wilayah bekas tambang PT Yudishtira Bumi Bhakti, Buli, Mabak, Halmahera Timur. TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Penambangan bijih nikel Antam di Halmahera merusak lingkungan di sana.

  • Nelayan mengeluh laut jadi tercemar karena kontraktor membuang limbah sembarangan.

  • Lahan tambang juga tak direklamasi sehingga udara kotor dan air tercemar.

DESA Buli di Kecamatan Maba, Halmahera Timur, praktis dikelilingi pertambangan. Sekitar 10 kilometer ke utara dari pusat desa, ada lahan yang menjadi pusat penambangan bijih nikel oleh PT Aneka Tambang Tbk. Di selatan desa, Antam membangun tempat pemurnian (smelter) bijih nikel berbiaya US$ 1,6 miliar.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kerapu Pergi dari Tanjung Buli"

Dini Pramita

Dini Pramita saat ini adalah reporter investigasi. Fokus pada isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus