Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Boneka rusia

Sukses albert lasker dibidang periklanan berkat keberhasilannya merekrut orang-orang terbaik. pe- rusahaan akan menjadi raksasa apabila merekrut o- rang yang lebih mampu.

31 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG teman lama tiba-tiba berjumpa dalam penerbangan dari Surabaya ke Jakarta. Dia tahu, sudah lama saya bekerja pada sebuah eksportir udang. Teman saya itu heran ketika mengetahui bahwa perjalanan saya disertai oleh direktur sumber daya manusia perusahaan kami. "Anda ini cari udang kok bawa-bawa direktur personalia?" tanyanya. Untungnya, dia bercanda sehingga tak ada pihak yang merasa terinjak jempol kakinya. Apa pun bisnis yang dilakukan orang sekarang -- udang, kacang mede, atau produk teknologi tinggi -- urusan suber daya manusia adalah masalah serius yang acap dilecehkan. Bagaimana mungkin urusan ekspor udang yang kian sangat kompetitif ini dilaksanakan oleh personel yang sedang-sedang saja tingkat keandalannya? "Karyawan adalah aset utama perusahaan" lebih sering tampil sekadar slogan pemanis belaka. Slogan itu baru terasa benar ketika kita mendengar seorang eksekutif diakuisisi oleh perusahaan lain dengan uang transfer yang mencolok. Namun, bagaimana halnya dengan karyawan yang sudah lama berada di dalam pagar sendiri? Mau tak mau saya jadi teringat akan David Ogilvy, seorang jenius periklanan yang banyak memberi inspirasi bagi saya. David punya kebiasaan untuk mengirim sebuah paket kepada seorang direktur yang baru ditempatkan di salah satu kantor cabang Ogilvy & Mather. Paket itu berisi boneka Rusia. Boneka yang modelnya lebih mirip boneka Jepang itu punya kekhasan: bila dibuka ia mengandung boneka kedua yang lebih kecil. Boneka kedua ini bila dibuka akan memunculkan boneka ketiga. Begitu seterusnya hingga boneka keenam yang terkecil. Boneka keenam itu ketika dibuka hanya memunculkan secarik kertas yang ditandatangani David Ogilvy. Pesannya kurang lebih berbunyi begini: "Bila masing-masing kita menerima karyawan yang lebih kecil dari kita, perusahaan ini akan menjadi perusahaan kerdil. Bila kita selalu mematok standar untuk hanya menerima orang yang lebih besar dari kita, perusahaan ini akan menjadi perusabaan raksasa." Kecil dan besar yang dimaksud dalam pesan itu tentunya bukan berdasarkan ukuran tubuh, tetapi berdasarkan ukuran kemampuan. Dalam soal personel, David Ogilvy pernah menceritakan kekagumannya tentang seorang tokoh periklanan lainnya. Tokoh ini bernama Albert Lasker (meninggal 1952). Albert adalah orang yang sangat berhasil. Persahabatannya dengan Presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt membuat dia diangkat sebagai kepala propaganda untuk Partai Republik. Keberhasilan David Ogilvy antara lain diukur dengan kemampuannya membeli sebuah puri di Prancis, sedangkan keberhasilan Albert diukur dengan koleksi benda seninya: 17 lukisan Picasso dan sembilan lukisan Matisse. Puri akhir pekan milik Albert Lasker di luar kota Chicago mempunyai taman seluas 25 ha dan memerlukan pegawai sebanyak 50 orang. Sukses Albert Lasker di bidang periklanan, menurut David Ogilvy, adalah keberhasilannya merekrut orang-orang terbaik. "I hired able men, paid them well, trained them welI. I make my men so good that I can not keep them," kata Albert. Tak heran kalau pada suatu ketika pada saat Albert masih hidup dengan bangga ia menunjuk sembilan orang pemimpin perusahaan periklanan besar AS yang adalah alumni Albert Lasker. Ketika Albert memutuskan untuk pensiun pada usia 62 -- sepuluh tahun sebelum ia meninggal -- ia menjual perusahaan periklanannya itu kepada tiga orang kepercayaannya dengan harga "persahabatannya" senilai US$ 100.000. Dengan syarat: perusahaan periklanan itu harus diberi nama baru. Ketiga orang itu masing-masing bernama Foote, Cone, Belding. FC&B kemudian menjadi salah satu perusahaan periklanan andal di dunia. Albert Lasker mungkin adalah orang yang mendahului zamannya. Empat dasawarsa setelah Albert meninggal, masih banyak captain of industry yang belum bersikap seperti dia. Masih banyak orang takut mempekerjakan eksekutif unggul karena khawatir akan nanti menjadi pesaing yang alot dalam perlombaan mendaki jenjang karier. Banyak pula eksekutif takut memberikan porsi pelatihan yang memadai bagi stafnya karena takut investasinya itu nanti akan dipetik oleh perusahaan lain. Sikap Albert Lasker yang royal dalam memberi gaji dan porsi pelatihan kepada stafnya bukanlah sikap kedermawanan belaka. Albert memang seorang filantrop. Namun, mana mungkin ia menjadi filantrop kalau tidak terlebih dahulu memastikan bahwa ia akan punya sumber dana untuk membiayai kegiatan sosialnya? Sikap Albert dalam berusaha sangatlah jelas: perusahaan tak dapat dijalankan oleh eksekutif yang setengah matang. Karena eksekutif yang baik akan selalu menjadi "sasaran tembak" para pemburu bakat, proses mencetak eksekutif unggul tidak akan pernah bisa berhenti. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus