Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

<font face=arial size=1 color=brown><B>Menteri Lingkungan Inggris Phil Woolas:</B></font><BR>Kami Bersedia Membantu US$ 30 Juta

17 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akhirnya, Indonesia bernapas lega. Usulan soal insentif untuk mencegah emisi dari hutan, Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD), yang diajukan delegasi negara ini melaju dengan mulus. Dana insentif bisa segera mengalir atas nama pemeliharaan hutan. Tujuannya mencegah pelepasan karbon dalam jumlah besar lewat kejadian kebakaran dan praktek pembukaan lahan secara sembarangan.

Banyak usulan besar yang mentok di Bali. Usul tentang insentif ini pun sempat terhadang oleh Amerika Serikat yang bertekad menyertakan perubahan fungsi lahan ke dalam paket deforestasi-degradasi-konservasi. Toh, kesepakatan tercapai sebelum tenggat negosiasi konferensi pada Jumat pukul 12.00 pekan lalu.

Inggris memberikan dukungan kepada Indonesia untuk mendapat dana insentif REDD. Negara ini pula yang terus membujuk Amerika Serikat agar melunak dalam konferensi. Amerika memang menolak dimasukkannya target-target baru pengurangan emisi karbon dalam Deklarasi Bali. Sedangkan Inggris setuju.

Berikut wawancara Wuragil dan Untung Widyanto dari Tempo dengan Menteri Lingkungan Inggris untuk Perubahan Iklim, Phil Woolas. Perbincangan berlangsung di suite nomor 3504 Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, pada Kamis lalu. Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Charles Humfrey, turut menjawab pertanyaan.

Proposal REDD akhirnya disepakati. Apa komentar Anda?

Woolas: Ya, kami sudah sepakat soal REDD dengan skema meliputi deforestasi, degradasi, dan konservasi. Khusus Inggris, kami membuat prioritas pada isu ini terhadap Indonesia dan 10 negara lain pemilik hutan tropis. Kami bersedia membantu sebesar US$ 30 juta (Rp 270 miliar lebih).

Humfrey: Forest Carbon Partnership Facility baru diluncurkan pekan ini. Untuk pertama kalinya sebuah dana global disusun untuk disalurkan kepada negara-negara pemilik hutan tropis. Kesepakatan ini diumumkan dalam pertemuan besar (UNFCCC) di Bali. Kami melihat Indonesia sudah cukup matang untuk mendapatkan fasilitas ini. Kepemimpinan Indonesia memungkinkan para donor berhimpun bersama Bank Dunia untuk mewujudkan fasilitas ini. Untuk sementara telah terkumpul US$ 165 juta. Dan, seperti yang diungkap Pak Menteri, Inggris menyumbang US$ 30 juta.

Apakah US$ 30 juta itu khusus untuk Indonesia?

Untuk 11 negara pemilik hutan tropis. Tapi untuk urusan hutan, Inggris lebih merekomendasikan Indonesia.

Kenapa Inggris lebih merekomendasikan Indonesia?

Pertama karena hutan Indonesia amat penting untuk menyimpan karbon. Kedua, karena hubungan bilateral kedua negara yang maju. Ketiga, biodiversitas hutan Indonesia yang amat penting. Kebijakan pemerintah Inggris tentang perubahan iklim adalah kebijakan yang sama untuk pembangunan. Anda tak bisa meminta negara-negara berkembang untuk berkomitmen pada perubahan iklim, kecuali kalau Anda lebih dulu melakukannya.

Apakah dana bantuan untuk REDD itu bisa langsung digunakan tahun depan, misalnya, atau harus menunggu setelah 2012?

Pada prinsipnya dana bisa segera digunakan. Tak perlu menunggu 2012. Idenya, dana insentif bisa mulai digunakan untuk perencanaan dan penyelenggaraan proyek-proyek percontohan. Jadi, pada 2012, dana yang terhimpun sudah lebih banyak.

Anda punya komentar terhadap Amerika, Kanada, Jepang, dan Australia yang sikapnya mengeras dalam konferensi Bali?

Australia, setidaknya, bisa diajak bekerja sama. Untuk Amerika, ada beberapa perbedaan kebijakan antara Uni Eropa dengan AS.

Misalnya?

Kami berbeda dalam hal apakah harus ada komitmen terhadap target reduksi emisi yang mengikat atau tidak. Kami percaya telah ada perubahan sikap dari Amerika Serikat. Mereka (AS) sudah menyadari dampak dari perubahan iklim. Pidato Presiden George Bush pada Mei lalu adalah pidato dia yang pertama yang menyadari perubahan iklim. Sejak itu delegasi AS bersedia dan berkomitmen untuk bernegosiasi. Nah, (dalam negosiasi dalam konferensi Bali ini) beberapa negara, terutama Amerika, tidak ingin adanya target tertentu. Ini (yang membuat) kita semua optimistis, tapi juga nervous.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus