Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

"Radiasi" Harrisburg Kian Hebat

Akibat reaktor (PLTN) Harrisburg yang bocor, timbul demonstrasi anti nuklir di AS, negara lain yang punya reaktor nuklir mengadakan penelitian kembali. Di Filipina proyek reaktor nuklir jalan terus. (ling)

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REAKTOR (PLTN ) Harrisburg yang bocor Maret lalu kini sudah berhasil didinginkan. Richard Volmer, pejabat Komisi Pengawas Tenaga Nuklir (NRC) menjelaskan reaktor itu kini kembali aman dan stabil. Penduduk sekitarnya -- tadinya mengungsi -- sudah tenang dan kembali melakukan kegiatan mereka sehari-hari. Pengaruh radiasinya, jika ada, terhadap kesehatan belum nyata. Namun "radiasi" peristiwa Harrisburg ternyata besar pengaruhnya terhadap opini dan keyakinan umum terhadap segi pengamanan reaktor nuklir. Dan satu-satunya yang mati dalam kecelakaan itu adalah harapan industri tenaga nuklir. Buktinya, bagaikan api disiram bensin, serangkaian demonstrasi anti nuklir melanda seluruh Amerika Serikat, dan puncaknya terjadi 6 Mei di Washington DC. Mereka (65.000 orang) berkumpul di taman yang membentang 7 km di depan gedung Capitol, di bawah naungan Tugu Washington yang tingginya 170 m. Ketiga kalinya di situ terjadi demonstrasi besar sejak tahun 1960-an. Pertama, ketika membela hak asasi orang kulit hitam. Kedua, ketika menentang dilanjutkannya perang Vietnam. Berbicara dalam demonstrasi antinuklir itu Gubernur California Jerry Brown -- saingan kuat Presiden Carter dalam nominasi partai Demokrat untuk memilih calon presiden tahun depan. Brown menuntut diadakannya sebuah moratorium atas semua proyek nuklir yang baru. Ralph Nader, tokoh Lembaga Konsumen Amerika, menyatakan bshwa sejarah industri nuklir penuh dengan kebohongan, kepalsuan, kekeliruan dan pemborosan. Nader menggambarkan tenaga nuklir sebagai "Vietnam teknologis negeri kita." Jane Fonda, yang membintangi China Sndrome -- film yang menggambarkan kecelakaan sebuah reaktor nuklir -- mengibaratkan penugasan James Schlesinger sebagai Menteri Enersi seperti "menyuruh Dracula memimpin sebuah bank darah." Schlesinger terkenal sangat gigih mmperjuangkan tenaga nuklir sebagai sumber enersi pengganti minyak. Bahkan beberapa hari setelah kecelakaan di Harrisburg, Schlesiner dalam sidang kabinet masih menyatakan bahwa bagaimanapun Amerika tidak mempunyai pilihan lain. Polling awal April menunjukkan 55% rakyat Amerika menentang penggunaan tenaga nuklir, dibanding 30% di tahun 1977. Sebagian besar mereka berpendapat bahwa tenaga matahari akan mampu mengisi kebutuhan akan enersi dalam waktu dekat. "Soalnya bukan apakah kecelakaan bisa dicegah -- sebab bagaimanapun tidak bisa -- tetapi apakah umum bersedia hidup di bawah ancaman kecelakaan seperti terjadi di Harrisburg, dengan segala jam malamnya serta pengungsian wanita hamil dan anak kecil, sebagai harga untuk mendaparkan listrik ," tulis Nigel Hawkins, kolumnis terkenal di London. Sebagai akibat desakan pendapat umum, NRC telah memutuskan untuk menutup sementara 7 (PLTN) lain yang dibuat oleh Babcock & Wilcox pembuat reaktor di Three Mile Island Harrisburg. Tapi tidak saja di Amerika "jatuhan radiasi" reaktor Harrisburg mempunyai pengaruh. Referendum Di Jerman Barat, yang sebelumnya sudah dilanda demonstrasi anti-nuklir kini pemerintahnya meninjau kembali rencana pembuatan tempat pembuangan sampah nuklir di desa Gorleben. Di Swedia persoalan nuklir akan menjadi senjata dalam pemilihan umum mendatang, sementara pemerintahnya sudah menutup salah satu reaktornya. Austria membatalkan rencana pembangunan sebuah reaktor nuklir ketika hasil referendum di negeri itu menyatakan tidak setuju. Sedang Swiss kini mempertimbangkan untuk mengulang referendum setempat tentang kontroversi nuklir. Hampir semua negeri yang memiliki reaktor nuklir terdesak untuk menutupnya --sekalipun sementara -- guna penilaian kembali unsur pengamanannya. Di Eropa, misalnya, Belgia, Inggeris, Spanyol dan Italia. Di Asia adalah Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Di Singapura Menteri Keuangan, Hon Sui Sen, menandaskan kembali penolakan pemerintah terhadap tenaga nuklir sebagai sumber enersi alternatif. Perancis -- sekalipun terlibat dalam suatu program penelitian kembali standar pengamanannya -- melanutkan pembangunan reaktor baru sehingga menjelang tahun 1985 tenaga nuklir akan memenuhi 20% kebutuhan negeri itu akan listrik. Berkata Raymond Barre, Perdana Menteri Perancis, "Krisis enersi tak mungkin diatasi tanpa sumbangan menentukan dari listrik hasil tenaga nuklir." Tetapi agaknya ada negara yang tidak memperdulikan hal kecelakaan. Pilipina bersikeras untuk melaksanakan rencana pembangunan sebuah reaktor nuklir di negerinya. Bukan saja rakyat Pilipina sendiri, tetapi juga kelompok pembela lingkungan sedunia bangkit menentang rencana itu. Bahkan di Amerika sendiri The Centre for Development Policy menyatakan reaktor yang dijual untuk Pilipina tidak akan lulus bila diukur dengan standard keamanan dan kesehatan yang berlaku di Amerika. Dinilai dari lokasinya -- 85 km sebelah barat laut Manila, di semenanjung Bataan di kaki gunung api Natib -- sungguh diragukan pertimbangan pemerintah Pilipina. Ia tepat di jalur gempa yang terkenal paling aktif di dunia. Staf NRC, demikian New York Times, sudah menyetujui (4 Mei) rekomendasi lisensi untuk Westinghoue Electric Corporation, suatu perusahaan Amerika yang menjadi kontraktor utama dalam proyek nuklir Pilipina itu. Adalah Herminio Disini, yang ada hubungan keluarga dengan Imelda Marcos, isteri Presiden Pilipina, menjadi subkontraktor lokal yang penting. Bank Ekspor-Impor AS akan membiayai 60% dari proyek itu yang seharga $1,1 milyar. Dari situ pengusaha. Di sini dan kelompok Pilipina lainnya akan beruntung $800.000, menurut dokumen NRC yang dikutip NYT. Tapi kelima anggota NRC, belum memungut suara atas rekomendasi staf mereka. Soal proyek nuklir Pilipina itu sudah tertunda di NRC selama delapan bulan, karena dikuatirkan keamanannya. Muangthai yang juga merencanakan proyek nuklir, dengan kapasitas 600 MW seharga $1 milyar, kabarnya belum akan mundur dengan peristiwa Harrisburg. Negeri ini juga perlu mengharapkan izin NRC. Sesudah Harrisburg, rakyat Australia bertanya kembali apakah sepantasnya pemerintah mereka melanjutkan penambangan uranium. "Australia mengharapkan keuntungan ekonomis besar dari ekspor uranium," kata Wakil PM Doug Anthony. Pendapat umum menentangnya, seperti dikemukakan oleh pemimpin oposisi Australia, Bill Hayden, "uranium mengandung ancaman terhadap lingkungan, kesehatan manusia, kesejahteraan dan keamanan internasional."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus