Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
REAKTOR (PLTN ) Harrisburg yang bocor Maret lalu kini sudah
berhasil didinginkan. Richard Volmer, pejabat Komisi Pengawas
Tenaga Nuklir (NRC) menjelaskan reaktor itu kini kembali aman
dan stabil. Penduduk sekitarnya -- tadinya mengungsi -- sudah
tenang dan kembali melakukan kegiatan mereka sehari-hari.
Pengaruh radiasinya, jika ada, terhadap kesehatan belum nyata.
Namun "radiasi" peristiwa Harrisburg ternyata besar pengaruhnya
terhadap opini dan keyakinan umum terhadap segi pengamanan
reaktor nuklir. Dan satu-satunya yang mati dalam kecelakaan itu
adalah harapan industri tenaga nuklir.
Buktinya, bagaikan api disiram bensin, serangkaian demonstrasi
anti nuklir melanda seluruh Amerika Serikat, dan puncaknya
terjadi 6 Mei di Washington DC. Mereka (65.000 orang) berkumpul
di taman yang membentang 7 km di depan gedung Capitol, di bawah
naungan Tugu Washington yang tingginya 170 m. Ketiga kalinya di
situ terjadi demonstrasi besar sejak tahun 1960-an. Pertama,
ketika membela hak asasi orang kulit hitam. Kedua, ketika
menentang dilanjutkannya perang Vietnam.
Berbicara dalam demonstrasi antinuklir itu Gubernur California
Jerry Brown -- saingan kuat Presiden Carter dalam nominasi
partai Demokrat untuk memilih calon presiden tahun depan. Brown
menuntut diadakannya sebuah moratorium atas semua proyek nuklir
yang baru. Ralph Nader, tokoh Lembaga Konsumen Amerika,
menyatakan bshwa sejarah industri nuklir penuh dengan
kebohongan, kepalsuan, kekeliruan dan pemborosan. Nader
menggambarkan tenaga nuklir sebagai "Vietnam teknologis negeri
kita." Jane Fonda, yang membintangi China Sndrome -- film yang
menggambarkan kecelakaan sebuah reaktor nuklir -- mengibaratkan
penugasan James Schlesinger sebagai Menteri Enersi seperti
"menyuruh Dracula memimpin sebuah bank darah."
Schlesinger terkenal sangat gigih mmperjuangkan tenaga nuklir
sebagai sumber enersi pengganti minyak. Bahkan beberapa hari
setelah kecelakaan di Harrisburg, Schlesiner dalam sidang
kabinet masih menyatakan bahwa bagaimanapun Amerika tidak
mempunyai pilihan lain.
Polling awal April menunjukkan 55% rakyat Amerika menentang
penggunaan tenaga nuklir, dibanding 30% di tahun 1977. Sebagian
besar mereka berpendapat bahwa tenaga matahari akan mampu
mengisi kebutuhan akan enersi dalam waktu dekat. "Soalnya bukan
apakah kecelakaan bisa dicegah -- sebab bagaimanapun tidak bisa
-- tetapi apakah umum bersedia hidup di bawah ancaman kecelakaan
seperti terjadi di Harrisburg, dengan segala jam malamnya serta
pengungsian wanita hamil dan anak kecil, sebagai harga untuk
mendaparkan listrik ," tulis Nigel Hawkins, kolumnis terkenal di
London.
Sebagai akibat desakan pendapat umum, NRC telah memutuskan untuk
menutup sementara 7 (PLTN) lain yang dibuat oleh Babcock &
Wilcox pembuat reaktor di Three Mile Island Harrisburg. Tapi
tidak saja di Amerika "jatuhan radiasi" reaktor Harrisburg
mempunyai pengaruh.
Referendum
Di Jerman Barat, yang sebelumnya sudah dilanda demonstrasi
anti-nuklir kini pemerintahnya meninjau kembali rencana
pembuatan tempat pembuangan sampah nuklir di desa Gorleben. Di
Swedia persoalan nuklir akan menjadi senjata dalam pemilihan
umum mendatang, sementara pemerintahnya sudah menutup salah satu
reaktornya. Austria membatalkan rencana pembangunan sebuah
reaktor nuklir ketika hasil referendum di negeri itu menyatakan
tidak setuju. Sedang Swiss kini mempertimbangkan untuk
mengulang referendum setempat tentang kontroversi nuklir.
Hampir semua negeri yang memiliki reaktor nuklir terdesak untuk
menutupnya --sekalipun sementara -- guna penilaian kembali unsur
pengamanannya. Di Eropa, misalnya, Belgia, Inggeris, Spanyol dan
Italia. Di Asia adalah Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Di
Singapura Menteri Keuangan, Hon Sui Sen, menandaskan kembali
penolakan pemerintah terhadap tenaga nuklir sebagai sumber
enersi alternatif.
Perancis -- sekalipun terlibat dalam suatu program penelitian
kembali standar pengamanannya -- melanutkan pembangunan reaktor
baru sehingga menjelang tahun 1985 tenaga nuklir akan memenuhi
20% kebutuhan negeri itu akan listrik. Berkata Raymond Barre,
Perdana Menteri Perancis, "Krisis enersi tak mungkin diatasi
tanpa sumbangan menentukan dari listrik hasil tenaga nuklir."
Tetapi agaknya ada negara yang tidak memperdulikan hal
kecelakaan. Pilipina bersikeras untuk melaksanakan rencana
pembangunan sebuah reaktor nuklir di negerinya. Bukan saja
rakyat Pilipina sendiri, tetapi juga kelompok pembela lingkungan
sedunia bangkit menentang rencana itu. Bahkan di Amerika sendiri
The Centre for Development Policy menyatakan reaktor yang dijual
untuk Pilipina tidak akan lulus bila diukur dengan standard
keamanan dan kesehatan yang berlaku di Amerika. Dinilai dari
lokasinya -- 85 km sebelah barat laut Manila, di semenanjung
Bataan di kaki gunung api Natib -- sungguh diragukan
pertimbangan pemerintah Pilipina. Ia tepat di jalur gempa yang
terkenal paling aktif di dunia.
Staf NRC, demikian New York Times, sudah menyetujui (4 Mei)
rekomendasi lisensi untuk Westinghoue Electric Corporation,
suatu perusahaan Amerika yang menjadi kontraktor utama dalam
proyek nuklir Pilipina itu. Adalah Herminio Disini, yang ada
hubungan keluarga dengan Imelda Marcos, isteri Presiden
Pilipina, menjadi subkontraktor lokal yang penting.
Bank Ekspor-Impor AS akan membiayai 60% dari proyek itu yang
seharga $1,1 milyar. Dari situ pengusaha. Di sini dan kelompok
Pilipina lainnya akan beruntung $800.000, menurut dokumen NRC
yang dikutip NYT.
Tapi kelima anggota NRC, belum memungut suara atas rekomendasi
staf mereka. Soal proyek nuklir Pilipina itu sudah tertunda di
NRC selama delapan bulan, karena dikuatirkan keamanannya.
Muangthai yang juga merencanakan proyek nuklir, dengan kapasitas
600 MW seharga $1 milyar, kabarnya belum akan mundur dengan
peristiwa Harrisburg. Negeri ini juga perlu mengharapkan izin
NRC.
Sesudah Harrisburg, rakyat Australia bertanya kembali apakah
sepantasnya pemerintah mereka melanjutkan penambangan uranium.
"Australia mengharapkan keuntungan ekonomis besar dari ekspor
uranium," kata Wakil PM Doug Anthony. Pendapat umum
menentangnya, seperti dikemukakan oleh pemimpin oposisi
Australia, Bill Hayden, "uranium mengandung ancaman terhadap
lingkungan, kesehatan manusia, kesejahteraan dan keamanan
internasional."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo