Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Endapan Awan Panas, Gunung Slamet 'Diam-diam' Meletus Tujuh Kali

Belum diketahui kapan dan seberapa dahsyat letusan Gunung Slamet kemungkinan terjadi lagi. Masyarakat diminta waspada.

14 April 2020 | 08.30 WIB

Sejumlah warga melihat kondisi fisik Gunung Slamet dari pos pengamatan Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, 14 September 2014. Meski aktifitas Gunung Slamet menurun, namun warga tetap antusias melihat secara langsung dari dekat. Tempo/Budi Purwanto
Perbesar
Sejumlah warga melihat kondisi fisik Gunung Slamet dari pos pengamatan Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, 14 September 2014. Meski aktifitas Gunung Slamet menurun, namun warga tetap antusias melihat secara langsung dari dekat. Tempo/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agung Harijoko mengungkap potensi letusan Gunung Slamet di Jawa Tengah di masa mendatang. Dia mengamati, sudah terjadi hingga tujuh kali letusan yang tidak banyak diketahui sebelumnya.

"Dari peta PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) itu ada sampai daerah KRB (Kawasan Rawan Bencana) 3, itu masuk ke arah Guci," kata Agung dalam diskusi daring Memahami Aktivitas Gunung Api Busur Sunda dalam rangka ulang tahun ke-60 Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) di Jakarta, Senin 13 April 2020.

Agung belum dapat memperkirakan kapan dan seberapa dahsyat letusan tersebut kemungkinan terjadi. Ia mengatakan, dilihat dari peta letusan yang mengarah ke Guci, ada endapan awan panas yang cukup tebal yang secara materi disebut scoria, atau dalam ilmu geologi disebut sebagai aliran scoria.

"Di Guci sendiri saya menemukan sampai tujuh lapisan awan panas, sehingga sebenarnya ada letusan yang menghasilkan awan panas yang alirannya mencapai Guci," katanya sambil menambahkan, "dan itu tidak hanya sekali tetapi sampai tujuh kali."

Atas dasar temuan itu, Agung menduga tentang kemungkinan adanya perulangan erupsi yang cukup besar di masa mendatang. Namun dia menegaskan kembali tidak tahu perulangannya berapa lama lagi, berapa tahun lagi. "Tapi potensi akan ada letusan besar di Slamet itu ada kalau melihat sejarah erupsi masa lalunya," kata dia.

Untuk itu, upaya mitigasi berupa monitoring seperti yang dilakukan oleh PVMBG disebutnya sangat penting untuk dilakukan untuk tanda-tanda dan tingkat kegempaan yang mengarah pada kemungkinan erupsi. Namun, yang lebih penting lagi, menurut dia, adalah bagaimana kesiapsiagaan masyarakat di sekitar gunung api tersebut.

"Apakah masyarakat di sana cukup tahu tentang bahaya Gunung Slamet? Yang penting adalah kesiapsiagaan dan kesadaran masyarakat sekitar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus