Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Genman Suhefti Hasibuan menjelaskan penyebab gajah mengamuk di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Peristiwa gajah mengamuk pada Rabu, 4 Maret 2020, itu menewaskan seorang anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) karena terinjak hewan yang sedang dihalaunya itu.
Menurut Genman, gajah itu kemungkinan sedang dalam masa birahi sehingga mengamuk saat terganggu. Kasus seperti itu (gajah birahi mengamuk) disebutnya sudah beberapa kali terjadi. "Dalam beberapa kasus, seperti yang pernah saya tahu terjadi di Aceh, bahkan pawangnya sendiri bisa dibunuh oleh gajah," kata Genman, Sabtu 7 Maret 2020.
Genman menerangkan, pada masa birahi, gajah akan melawan siapapun yang membuatnya merasa terganggu atau terancam. Hal itu yang diduganya terjadi pada satu gajah yang masuk Desa Banyubiru di Kecamatan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Rabu lalu.
Gajah yang keluar sendirian dari Suaka Margasatwa Air Sugihan itu berpapasan dengan warga, yang kemudian melapor ke kepala desa dan petugas Babinsa. Bersama warga, dua anggota Babinsa Kodim Ogan Komering Ilir berusaha menghalau gajah menggunakan kayu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka berusaha menggiring satwa itu agar masuk kembali ke kawasan Suaka Margasatwa Sugihan. Dalam upaya itu, Sersan Satu Iskandar (49) tewas setelah terjatuh dan kemudian terinjak oleh gajah yang sedang mengamuk itu.
Genman mengatakan bahwa Desa Banyubiru pernah menjadi habitat gajah. Namun, menurut keterangan kepala desa, terakhir kali gajah masuk desa yang berbatasan dengan Suaka Margasatwa Sugihan itu sekitar sepuluh tahun lalu.
Guna menghindari jatuhnya korban akibat konflik dengan satwa liar, Genman menyarankan warga membiarkan gajah yang melewati permukiman. "Jika sudah dua sampai tiga hari gajahnya masih ada di desa maka segera lapor BKSDA biar dihalau kembali ke habitatnya," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini