Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa Januari 2023 ini adalah puncak hujan tapi kemudian diperkirakan akan terjadi musim kemarau berkepanjangan. Ini karena La Niña melemah sehingga suhu Indonesia memanas pada tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"La Niña masih ada, tapi melemah. Tahun ini menjadi netral. Cuaca akan kembali seperti 2019," kata Dwikorita kepada Majalah Tempo pada Selasa, 27 Desember 2022 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
La Niña adalah fenomena suhu muka laut di Samudra Pasifik mengalami pendinginan sehingga meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum. Inilah yang juga membuat akhir tahun lalu curah hujan di Indonesia tinggi hingga terjadi banjir di mana-mana.
Dwikorita menjelaskan bahwa sebagai negara khatulistiwa berbentuk kepulauan yang diapit dua benua besar dan dua samudra, wilayah Indonesia menjadi perlintasan suhu dingin disertai angin dan awan dalam waktu bersamaan. Masalahnya, perubahan iklim global membuat penyimpangan dalam fenomena alam. Dulu, badai tropis di belahan bumi selatan atau utara akan berbelok ketika mendekati khatulistiwa tapi kini masuk dan menjadi badai Seroja. Akibatnya, cuaca ekstrem terjadi di Indonesia.
Bila tahun ini La Niña melemah dan suhu naik, maka tahun ini Indonesia berpotensi menghadapi kemarau berkepanjangan. Ini berarti kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan akan terjadi dan harus segera diantisipasi.
Anda dapat membaca wawancara selengkapnya di Majalah Tempo edisi pekan ini: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati: Januari Puncak Hujan, Setelah Itu Suhu Naik