Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Petani kopi dan tim dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) bereksperimen menanam kopi jenis arabika di lahan kopi robusta di lereng Gunung Geulis, Sumedang, Jawa Barat. Hasil buahnya telah beberapa kali dipanen hingga yang terbaru dipetik pada Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini menarik kopinya,” kata Yayat Hidayat, Ketua tim Program Pengabdian Masyarakat dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati di ITB, Jumat 10 September 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Yayat, awal mula eksperimen itu berawal dari keinginan petani. Saat diajak tim dosen ITB menanam kopi sambil menanam pohon naungannya, petani meminta jenis arabika selain robusta. Alasannya karena buah kopi arabika lebih besar dan lebih mahal harganya dibandingkan robusta.
Padahal sesuai ketinggian lokasi kebunnya, kopi yang sesuai habitatnya di sana yaitu robusta. “Di lereng pertengahan gunung, ketinggian 874 meter dari permukaan laut (mdpl),” kata Yayat menjelaskan.
Ketinggian itu cocok untuk kopi jenis robusta karena kurang dari 1000 mdpl. Bagi tanaman kopi arabika, kata Yayat, ketinggian idealnya di atas 1000 mdpl. Sementara puncak Gunung Geulis berketinggian 1.281 mdpl.
Gunung itu berada di wilayah tiga kecamatan, yaitu Jatinangor, Cimanggung, dan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Area penanaman kopi di lereng sebelah barat gunung.
Bersama Komunitas Petani Kopi Gunung Geulis (Koppi Gugeuls), tim dosen pernah mengundang barista untuk mencicipi dan menilai kopi itu. “Sama barista juga dites, wanginya tidak sekuat kopi arabika yang ketinggian 1000 mdpl lebih,” kata Yayat. Walau begitu disebutkan juga ada segmen khusus peminat kopi arabika seperti itu.
Kini, menurut dosen di Kelompok Keahlian Teknologi Kehutanan ITB itu, ada beberapa riset kopi yang dilakukan tim dosen dan petani. Diantaranya mengenalkan beberapa jenis kopi unggulan di Jawa Barat kepada petani untuk ditanam di Gunung Geulis. “Tahun kemarin sudah mulai ditanam, kami teliti bagaimana kopi unggulan itu ditanam di luar zonanya,” kata Yayat.
Misi lainnya mencari pohon kopi lama yang dulu pernah ditanam di gunung itu sebagai indukan bibit kopi. “Itu jenis kopi robusta yang ditanam tapi belum diteliti secara detail,” ujarnya. Kemudian untuk lebih mencari kekhasan kopi Gugeuls, tengah dicoba silangan pohon kopi arabika dengan robusta.
Panen kopi Gugeuls (Gunung Geulis) pada Mei 2021. (Dok.Istimewa)
Terobosan silangan itu bukan dari serbuk sari tapi dikawinkan dengan teknik sambungan. “Batang bawahnya robusta sesuai ekologisnya, bagian atasnya diharapkan berbuah kopi arabika,” kata Yayat.
Teknik penyambungan itu dibuat pada 100 pohon di persemaian, dan sekitar 20-30 persennya berhasil dan tumbuh namun belum sampai untuk menjadi bibit. “Diharapkan berbuah banyak seperti robusta dan buahnya besar-besar seperti arabika,” ujarnya. Kelak kopi itu akan dinamakan arabusta.