Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Mengenal Giant Sea Wall yang Ditolak Mayoritas Warga

Pemerintah merancang pembangunan Giant Sea Wall guna menciptakan kota yang lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim, sekaligus melindungi jutaan penduduk Jakarta dari ancaman banjir rob.

1 Mei 2025 | 20.53 WIB

Warga beraktivitas saat banjir rob di Pantai Marunda, Jakarta Utara, 15 Januari 2025. BPBD  Jakarta mengimbau warga pesisir utara Jakarta untuk waspada terhadap potensi banjir rob hingga 17 Januari 2025 akibat pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase Bulan Purnama. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Perbesar
Warga beraktivitas saat banjir rob di Pantai Marunda, Jakarta Utara, 15 Januari 2025. BPBD Jakarta mengimbau warga pesisir utara Jakarta untuk waspada terhadap potensi banjir rob hingga 17 Januari 2025 akibat pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase Bulan Purnama. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mayoritas warga Jakarta tidak setuju dengan pembangunan tanggul laut raksasa atau yang dikenal dengan giant sea wall. Hasil survei persepsi masyarakat yang dilakukan Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia menyebutkan sebanyak 56,2 persen responden khawatir pembangunan tanggul raksasa itu berdampak pada lingkungan dan penghidupan nelayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Giant sea wall merupakan struktur berskala besar yang dibangun sepanjang garis pantai dengan fungsi utama memisahkan daratan dari lautan. Fungsi utama tanggul laut ini adalah untuk mencegah terjadinya erosi pantai, melindungi kawasan daratan dari dampak kerusakan akibat gelombang laut dan menstabilisasi area pesisir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proyek ini dirancang sebagai upaya perlindungan jangka panjang terhadap ancaman banjir rob yang semakin sering terjadi, sekaligus mengatasi permasalahan serius berupa penurunan permukaan tanah di wilayah ibu kota. Di Jakarta, konsep ini diimplementasikan melalui proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).

Ada tiga tahap dalam pembangunan tanggul raksasa yang telah ditetapkan Presiden Prabowo Subianto sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) ini. Fase pertama mencakup pembangunan tanggul pantai dan sungai serta sistem pompa dan polder di pesisir utara Jakarta.

Fase kedua adalah pembangunan tanggul laut terbuka di sisi barat dan harus selesai sebelum 2030. Fase ketiga adalah pembangunan tanggul laut di sisi timur, ditargetkan selesai sebelum 2040. Jika penurunan tanah tetap terjadi setelah 2040, tanggul terbuka akan diubah menjadi tanggul laut tertutup.

Ketua Satuan Tugas Perumahan Hashim Djojohadikusumo menjelaskan, proyek tanggul laut raksasa sudah dirancang Bappenas sejak 1994 dan sebenarnya siap dimulai sepuluh tahun lalu. Namun, ia menilai tak ada perkembangan berarti. “Kalau tidak salah, sepuluh tahun lalu sudah mantap dan bisa dimulai. Tapi ada apa selama sepuluh tahun tidak ada kemajuan,” ujarnya di Jakarta, Sabtu, 31 Agustus 2024.

Adik kandung Presiden Prabowo Subianto ini mengungkapkan, proyek giant sea wall  ini akan melibatkan kerja sama pemerintah dan swasta, termasuk investor asing. Ia memperkirakan, 40 persen lahan sawah akan tenggelam bila proyek ini tak kunjung dibangun

Dicky Kurniawan, Irsyan Hasyim dan Ni Made Sukmasari berkontribusi dalam tulisan ini.

Pilihan Editor: Pemprov Siapkan Pompa di 500 Titik untuk Atasi Banjir Rob di Jakarta Utara

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus