Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Peneliti Ungkap Fenomena Langit Gunung Menoreh Bersinar Hijau Seperti Aurora

Menurut peneliti klimatologi, langit berwarna kehijauan ini merupakan fenomena yang disebut dengan langit glowing.

4 Oktober 2021 | 13.02 WIB

Keindahan Aurora Borealis atau Cahaya Utara menghiasi langit dekat Rovaniemi di Lapland, Finlandia 25 September 2020. REUTERS/Alexander Kuznetsov
Perbesar
Keindahan Aurora Borealis atau Cahaya Utara menghiasi langit dekat Rovaniemi di Lapland, Finlandia 25 September 2020. REUTERS/Alexander Kuznetsov

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Langit Gunung Menoreh berbeda dari biasanya pada Kamis malam, 30 September 2021. Langitnya yang biasa gelap tiba-tiba memancarkan sinar kehijauan seperti aurora di kutub bumi. Fenomena itu sempat viral di media sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Menurut peneliti klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, langit berwarna kehijauan ini merupakan fenomena yang disebut dengan langit glowing. “Terjadi karena keberadaan gelombang gravitasi atmosfer,” katanya lewat keterangan tertulis, Senin, 4 Oktober 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fenomena langit glowing di Gunung Menoreh terkait dengan badai skala meso atau meluas. Kredit: Dok.PRSTA-BRIN

Fenomena yang juga disebut sebagai Atmospheric Gravity Wave itu, menurut Erma, terkait dengan aktivitas badai skala meso atau meluas. Dari hasil pengamatan data Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA)-BRIN, badai skala meso yang kuat dan meluas terbentuk di atas lautan Selat Karimata sebelah barat Kalimantan. “Berjarak sekitar 200 kilometer dari lokasi (Gunung Menoreh),” ujarnya.

Aktivitas badai itu sepanjang hari bergerak seperti pendulum. Pada awalnya, kata Erma, badai itu terbentuk di Sumatera pagi hari lalu menuju timur ke arah Kalimantan melintasi laut Cina Selatan hingga sore hari.

Pada malam harinya, badai ini bergerak kembali dari Kalimantan menuju ke lautan dan menetap hingga tengah malam. Aktivitas badai skala meso itu, kata Erma, kemungkinan yang menjadi pengganggu bagi lapisan-lapisan di atmosfer sehingga terbentuk gelombang gravitasi atmosfer yang sangat kuat dan penampakannya dapat dilihat di suatu lokasi di Jawa Tengah-Yogyakarta.

Sebelumnya, laporan ilmiah berkaitan dengan langit glowing itu telah diterbitkan oleh American Geophysical Union dalam Journal of the Geophyisical Research Atmosphere pada 16 November 2020. Laporan itu, kata Erma, menjelaskan peristiwa langit glowing yang dapat dilihat oleh mata telanjang di daerah tropis, yaitu di Argentina, Amerika Selatan, pada 17 Maret 2020.

Laporan langit glowing di Argentina menunjukkan sinar kehijauan serupa berkaitan dengan aktivitas badai skala meso yang terjadi sekitar 100 kilometer dari lokasi. Gelombang gravitasi atmosfer dengan skala planet dapat terbentuk karena suatu gangguan di atmosfer pada suatu lokasi tertentu.

Gangguannya bisa mencapai lapisan tertinggi yaitu, yaitu mesosfer. Adapun gangguan di atmosfer permukaan atau yang terjadi di lapisan troposfer diketahui akibat aktivitas konvektif yang menghasilkan awan konveksi yang tinggi.

 

Anwar Siswadi (Kontributor)

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus