Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Identifikasi awal telah dilakukan dengan cara pengukuran dan penimbangan terhadap tengkorak aneh temuan warga Malang, Jawa Timur. Sejak ditemukan pada Jumat lalu, tengkorak tanpa bagian mulut itu diduga milik hewan buas yang sudah punah, Harimau Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengukuran dan penimbangan dilakukan petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, Senin siang, 7 September 2020. Mereka melakukannya sebagai bagian dari cek fisik dan peninjauan ke lokasi temuan di Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasilnya diketahui panjang rangka 15 sentimeter; lebar bagian belakang tengkorak 21 sentimeter dan bagian depan 8 sentimeter; tinggi rangka bagian belakang 13 sentimeter dan bagian depan 5 sentimeter, serta beratnya 8 ons atau 0,8 kilogram.
Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan itu, maka diduga tengkorak tersebut merupakan kepala macan tutul jawa dan terlalu kecil buat ukuran kepala harimau jawa, ditambah pengamatan visual struktur tengkorak yang menjorok ke depan yang lebih mendekati kepala macan tutul.
Tengkorak yang diduga kepala hewan karnivora besar seperti Harimau Jawa diserahkan warga kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur di sekretariat Komunitas Kalimetro, Kelurahan Merjosari, Kota Malang, Senin siang, 7 September 2020. Penyerahan segera diikuti penimbangan dan pengukuran sebelum diteliti lebih lanjut. TEMPO/Abdi Purmono
Dugaan itu dikuatkan oleh fakta masih adanya habitat Macan Tutul Jawa di Provinsi Jawa Timur. Di wilayah Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu) sendiri macan tutul masih ada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan pernah ditemukan memasuki tepian hutan yang berbatasan dengan permukiman penduduk di daerah Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Selain itu, macan tutul hitam (kumbang) masih ada di Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang, berdasarkan hasil rekaman kamera penjebak. “Tapi kami tak bisa memastikan 100 persen," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah VI Probolinggo BBKSDA Jawa Timur Mamat Ruhimat.
Anggota tim Ekspedisi Eksplorasi Ranu Tompe saat bergerak ke dalam hutan di sekitar Ranu Tompe (7/10). Dari kegiatan ekspedisi ini ditemukan bekas tapak kaki, cakaran, dan kotoran macan tutul dan juga jejak yang diduga Harimau Jawa yang dikira sudah punah. TEMPO/Abdi Purmono
Dia menerangkan, tengkorak akan segera dikirim dan diteliti lebih lanjut di laboratorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI. "Nanti biar LIPI yang menelitinya untuk mengetahui ini kepala hewan apa tapi secara kasat mata seperti rangka kepala kucing besar, milik hewan yang dilindungi," kata Mamat.
Sebelumnya, saat sebatas ditunjukkan fotonya, peneliti Mamalia dan Pengelolaan Satwa Liar di Pusat Penelitian Biologi LIPI Profesor Gono Semiadi tidak berani memberikan jawaban langsung. “Sebab kami akan selalu membandingkannya dengan spesimen pembanding yang kami miliki,” kata Gono.
Tengkorak kepala hewan diduga kepala hewan karnivora besar itu ditemukan oleh Lulut Edi Santoso di dasar Kali Metro pada Jumat malam, 4 September 2020. Dia menemukannya saat susur sungai dan menduganya milik Harimau Jawa yang sudah punah. Dasarnya, kecocokan dengan penjelasan temannya yang pernah menemukan kotoran (feses) dan tapak harimau di kawasan hutan Gunung Kawi--hulu Sungai Metro.
Didik Raharyono, Direktur Peduli Karnivora Jawa yang telah meneliti Harimau Jawa selama lebih dari 20 tahun, mengatakan selalu terbuka kemungkinan penemuan harimau jawa baik hidup maupun mati meski sudah dinyatakan punah oleh beberapa lembaga nasional dan internasional. Apalagi banyak penduduk tepian hutan dan pendaki yang memberi kesaksian tentang pertemuan dengan satwa buas itu.