Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Banjir Hadiah di Turnamen Catur Lokal, Kisah Susanto Megaranto cs

Olahraga catur di Indonesia boleh kini memiliki masa depan menjanjikan jika dijadikan pilihan hidup untuk berkarier secara serius.

23 Juni 2019 | 09.39 WIB

Grand Master Catur Indonesia, Susanto Megaranto. Tempo/Pribadi Wicaksono
Perbesar
Grand Master Catur Indonesia, Susanto Megaranto. Tempo/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Olahraga catur boleh dibilang kini memiliki masa depan menjanjikan jika dijadikan pilihan hidup untuk berkarir secara serius. Apalagi kalau bukan karena penghasilan para atletnya yang berprestasi kian mensejahterakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baik pemerintah daerah maupun pusat belakangan juga gencar memberikan bonus para atlet termasuk pecatur berprestasi. Namun ternyata, sebagian kalangan pecatur profesional jika bisa memilih antara turnamen atau kejuaraan nasional dan turnamen internasional atau dunia, maka lebih banyak yang bakal memilih turnamen nasional. Misalnya diminta memilih ikut Pekan Olahraga Nasional (PON) saja atau memilih Piala Dunia catur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Grand Master Indonesia, Susanto Megaranto, tak menampik hal itu. "Penghasilan tertinggi yang pernah saya peroleh dari catur ya saat dari PON kemarin (2016), bisa dapat Rp 1,5 miliar karena berhasil raih lima medali emas," ujar pecatur yang mewakili kontingen Jawa Barat itu saat ditemui di Yogya 14 Juni 2019.

Dalam PON itu, Pemerintah Jawa Barat yang diwakili Susanto menjanjikan bonus menggiurkan bagi para atlet pendulang emas, ykni satu medali Rp 300 juta.

Berbeda halnya dengan piala dunia yang sudah diikuti Susanto sebanyak dua kali. Turnamen internasional biasanya juga berbonus besar namun tantangannya sangat berat dan panjang prosesnya.

"Kejuaraan dunia berat, pertandingannya juga lama bisa lebih dari lima jam (permainannya)," ujar peraih Grand Master pada usia 17 tahun itu.

Susanto mengakui catur yang ia pelajari sejak umur tujuh tahun di kampungnya Indramayu itu kini sudah sangat menghidupinya. Mobil, rumah, hingga sawah bukan lagi perkara sulit untuk dimiliki.

"Kalau menang (turnamen nasional) ada juga bonus rumah dari bupati atau gubernur," ujar pecatur yang kembali mewakili Indonesia di kejuaraan dunia akhir 2019 nanti itu.

Pecatur bergelar GM satu satunya di tanah air yang masih aktif itu hanya tertawa saat ditanya berapa jumlah rumah yang kini ia miliki dari bonus kemenangannya di bidang catur. "Kalau ditekuni serius, catur bisa menjadi pilihan hidup, bisa sejahtera dari catur," ujar ayah dua anak itu.

Namun menjadi pecatur andal yang bisa mendulang prestasi dan dibanjiri kesejahteraan diakui Susanto kian lama tak gampang. Misalnya untuk meraih norma Grand Master seperti yang disandangnya, Susanto mengungkapkan pecatur Indonesia harus melanglang ke berbagai turnamen luar negeri demi mencari lawan yang dibutuhkan untuk mendongkrak elo rating makin ke puncak.

Pecatur juga harus lebih dulu mendulang prestasi di tingkatan lokal sehingga dilirik federasi lalu diikutsertakan dalam berbagai kompetisi dunia. "Kalau di tingkat lokal saja tak berprestasi bagaimana mau diajak keluar (internasional)?" ujar Susanto Megaranto.

PRIBADI WICAKSONO

 

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Koresponden Tempo di Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus