Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali berkelakar bahwa dia harus meminta maaf kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akibat prestasi kontingen Indonesia dalam ASEAN Para Games 2022. Indonesia keluar sebagai juara umum pesta olahraga difabel terbesar Asia Tenggara yang resmi ditutup pada Sabtu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indonesia keluar sebagai juara umum dengan meraih 177 emas, 144 perak, dan 107 perunggu. Jumlah itu bukan saja melampaui target 100 medali emas, tetapi juga jauh melebihi raihan edisi 2017 sebanyak 126 medali emas, 75 perak, dan 50 perunggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah harus mengeluarkan anggaran lebih banyak untuk memberikan bonus kepada atlet berprestasi. Ini membuat Amali harus meminta maaf kepada menteri keuangan saat menghadiri sidang kabinet paripurna tentang Nota Keuangan dan Rancangan APBN 2023. Presiden Joko Widodo memimpin rapat yang berlangsung di Istana Negara, Jakarta, Senin, 8 Agustus 2022.
"Saya sudah sampaikan tadi, 'Bu, mohon maaf, apa namanya, meleset. Meleset ke atas.' Bu Menkeu ketawa aja," kata Amali berkelakar kepada awak media selepas sidang kabinet paripurna tersebut.
Amali, yang juga politikus Partai Golkar, menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membedakan besaran bonus kepada atlet berprestasi ASEAN Para Games 2022 dengan rekan-rekan mereka yang berlaga dalam SEA Games 2021 Vietnam pada Mei lalu. Meski begitu, ia mengaku belum bisa memberikan waktu spesifik pencairan bonus karena harus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.
Selain itu, Amali menilai bahwa hasil ASEAN Para Games 2022 berbanding lurus dengan tren positif atlet-atlet difabel binaan Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia. Pada Paralimpiade Tokyo 2020 tahun lalu, kontingen Indonesia mampu mencapai peringkat ke-43 melampaui jauh target yang pemerintah pada urutan ke-60.
"Waktu di Paralimpiade Rio de Janeiro itu kan kita peringkat 76, akhirnya saya targetkan peringkat 60, enggak tahunya melesat ke-43. Pusing lagi saya Parampiade 2024 di Paris. Berarti kan harus naik lagi dari situ," kata dia setengah berkelakar lagi.
Amali sempat berbincang dengan beberapa atlet difabel yang mengaku lebih terpacu karena mendapat perlakukan yang sama dengan atlet nondifabel dari pemerintah, baik itu dari aspek bonus maupun pemenuhan fasilitas. "Jadi mereka merasakan kalau di pemerintahan sekarang mereka disetarakan. Kalau yang dulu-dulu kan ndak, selalu beda antara yang difabel saya yang nondifabel."
"Nah sekarang mereka merasa fasilitas, pelatnasnya, pengirimannya (ke kompetisi internasional), semua sama seperti yang nondifabel. Jadi itu yang membuat akhirnya mereka seperti 'kami harus tunjukkan bahwa kami juga mampu'," ujar Amali.