Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Kompetisi sepak bola profesional bakal dilanjutkan meski pandemi akibat virus corona di Indonesia belum menunjukkan tanda berakhir.
Alih-alih menjadi penyelenggara Piala Dunia U-20 yang digelar tahun depan, PSSI diminta berkonsentrasi ke urusan persiapan tim nasional.
PSSI masih terus dibelit masalah internal yang melibatkan para petingginya.
ATURAN pembatasan sosial berskala besar akibat pandemi yang dipicu virus SARS-CoV-2 alias Covid-19 tak mengurangi kesibukan Mochamad Iriawan. Hari-harinya dipadati rapat virtual bersama para pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Ketika pembatasan dilonggarkan sejak Juni lalu, Ketua Umum PSSI itu mulai kedatangan banyak tamu di kantornya, termasuk sejumlah pemain senior. “Kemarin malah rapat seharian membahas kelanjutan kompetisi dan persiapan tim nasional untuk Piala Dunia U-20,” kata Iriawan ketika ditemui di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iriawan mengatakan mengurus PSSI adalah pekerjaan baru baginya. Selama 36 tahun ia berkarier sebagai polisi hingga pensiun pada pengujung Maret lalu dengan pangkat terakhir komisaris jenderal. Dia bertekad memperbaiki sepak bola Indonesia serta menggenjot prestasi tim nasional, termasuk lolos ke Piala Dunia 2026. Menurut dia, memimpin PSSI setara dengan menjalankan tugas negara. “Juga agar ada legacy, kebanggaan buat anak-cucu saya,” ujar pria yang akrab disapa Iwan Bule itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melanjutkan kompetisi sepak bola di tengah pandemi kini menjadi salah satu pekerjaan terbesar Iriawan. Sudah lebih dari tiga bulan PSSI menyetop Liga 1 dan Liga 2. para pemain tak bisa lagi berlatih bersama. Untuk menyiasati kerinduan mereka akan atmosfer pertandingan sepak bola, para pemain Persib, seperti Erwin Ramdani, Dedi Kusnandar, dan Abdul Aziz, melakukan olahraga lain, misalnya bersepeda dan bermain bulu tangkis. “Apa pun agar jenuh kita hilang, juga buat jaga kondisi,” tutur Erwin pada Senin, 13 Juli lalu.
Terhentinya kompetisi juga berdampak serius pada keuangan klub. Tanpa kompetisi, klub-klub itu tak lagi bisa menggelar pertandingan sehingga pendapatan dari penjualan tiket dan merchandise serta kucuran dana sponsor terhenti. PSSI mengizinkan klub-klub membayar pemain hingga maksimal 25 persen dari total gaji mereka selama kompetisi dihentikan. “Penjualan tiket pertandingan itu memasok sekitar 80 persen pemasukan klub,” ucap manajer klub Liga 2, PSIM Yogyakarta, David Hutauruk, pada pertengahan Juni lalu.
Pesepak bola Bhayangkara FC berlatih secara mandiri di Stadion PTIK, Jakarta, Juni 2020./ANTARA/M Risyal Hidayat
Iriawan memastikan kompetisi akan digelar lagi pada awal Oktober nanti. Memulai kembali kompetisi menjadi bagian dari kampanye untuk beradaptasi dengan tatanan normal baru akibat pandemi Covid-19. Kompetisi juga bisa menghidupkan lagi roda bisnis klub, pengelola liga, dan masyarakat. Meski demikian, kompetisi digelar tanpa penonton atau dengan pembatasan tertentu. “Protokol kesehatan itu nomor satu. Kami sudah susun panduannya,” kata Iriawan.
Selain menyiapkan kompetisi, Iriawan berhadapan dengan persiapan tim nasional usia di bawah 19 tahun (U-19) mengikuti Piala Dunia junior tahun depan yang digelar di Indonesia. Meskipun Piala Dunia usia di bawah 20 tahun (U-20) itu kejuaraan olahraga tunggal di bawah otoritas Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), penyelenggaraannya dimotori Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali alih-alih dikerjakan PSSI. “PSSI biar berfokus memperbaiki prestasi tim nasional saja,” ujar Zainudin pada Selasa, 7 Juli lalu.
Langkah PSSI melanjutkan kompetisi dan menyiapkan tim nasional untuk Piala Dunia U-20 ternyata dibayang-bayangi perpecahan di antara pengurus organisasi itu. Salah satu yang mencuat adalah soal pergantian Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Cucu Somantri, yang juga wakil Iriawan di PSSI. “Saya pantau dari jauh saja sepanjang mereka bisa tangani sendiri, karena itu urusan internal,” tutur Zainudin.
Menurut Menteri Zainudin, sangat sulit mengukur dampak kekisruhan PSSI terhadap sepak bola Indonesia mengingat masih ada pandemi Covid-19. Seluruh kegiatan sepak bola berhenti. Meski demikian, Zainudin optimistis pengurus PSSI masih bisa bekerja dengan baik. “Mereka seharusnya sadar bahwa bebannya berat,” ucapnya.
Pengamat sepak bola nasional, Erwiyantoro, mengatakan masalah internal PSSI menunjukkan ada kendala koordinasi dan adu kepentingan di antara pengurus. Dia menilai Iriawan seperti bekerja sendirian dan kurang sigap mengatur anak buahnya. “Dia tidak mengerti sepak bola, seharusnya bisa merangkul mereka yang paham sepak bola lalu mencari solusi bersama,” katanya.
Iriawan memimpin PSSI setelah memenangi pemilihan ketua umum dalam kongres pada November tahun lalu. Dia menggandeng Cucu, perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat berpangkat mayor jenderal, sebagai wakilnya. Iriawan dan Cucu adalah kawan lama dan sama-sama bekerja di Lembaga Ketahanan Nasional. Di institusi itu Iriawan menjabat sekretaris utama, sementara Cucu tenaga ahli pengkaji bidang geografi. “Saya ajak dia ke PSSI,” ucap Iriawan, yang dalam pemilihan meraup 82 dari 85 suara.
Kabar perpecahan di tubuh PSSI mencuat menyusul adanya dugaan nepotisme yang melibatkan para petinggi organisasi. Hal ini berawal pada 16 Januari lalu, ketika Iriawan menunjuk Maaike Ira Puspita sebagai wakil dari Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria. Maaike adalah istri Kepala Kepolisian Resor Kepulauan Seribu Ajun Komisaris Besar Mochamad Sandy Hermawan, yang juga adik Iriawan.
(dari kiri) Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Ketua PSSIMocammad Iriawan dan Cucu Somantri saat pembukaan Kongres Biasa PSSI 2020 di Kuta, Bali, Januari 2020./TEMPO/Johannes P. Christo
Menurut seorang pejabat di PSSI, Iriawan merasa tersindir oleh pernyataan Cucu yang menyebut Maaike sebagai Wakil Sekretaris Jenderal bisa diangkat menjadi Sekretaris Jenderal PSSI. Ucapan Cucu itu mendadak sontak ramai dibahas di media massa. Menurut dia, ada kemungkinan Cucu keliru berbicara. Namun, setelah kejadian itu, hubungan antara Iriawan dan Cucu merenggang.
Hubungan kedua petinggi PSSI itu makin dingin ketika merebak kabar Cucu menunjuk putranya, Pradana Aditya Wicaksana, sebagai General Manager PT LIB pada April lalu. Lewat keterangan tertulis PT LIB pada 24 April lalu, Cucu membantah kabar bahwa dia memasukkan anaknya ke jajaran petinggi perusahaan tersebut. Menurut dia, struktur PT LIB itu hanya usul salah satu anggota stafnya dan belum resmi karena belum dirapatkan.
Iriawan, di depan para wartawan, 27 April lalu, meminta kegaduhan internal PT LIB dihentikan. Dia mengatakan PT LIB seharusnya berkonsentrasi mempersiapkan diri menghadapi tantangan pasca-pandemi Covid-19, bukannya sibuk dengan kegaduhan internal yang sama sekali tidak menunjukkan iktikad berfokus pada pengembangan industrialisasi kompetisi.
Tiga minggu berselang, Cucu menyatakan mundur dari posisi direktur utama dalam rapat umum pemegang saham luar biasa PT LIB. Tiga komisaris PT LIB, yaitu Sonhaji, Hasani Abdul Gani, dan Hakim Putratama, ikut mundur. “Saya ingin berfokus di PSSI. Banyak pekerjaan di sana,” ujar Hasani, yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI, pada Rabu, 8 Juli lalu.
Iriawan enggan berkomentar banyak saat ditanyai tentang relasinya dengan wakilnya di PSSI itu. Meski demikian, dia menyebutkan hubungannya dengan Cucu masih berjalan baik. “Tidak ada masalah dengan dia. Toh, PSSI berjalan, kompetisi akan bergulir, dan tim nasional berjalan,” katanya pada Jumat, 10 Juli lalu.
Iriawan juga mempertahankan keputusannya menunjuk Wakil Sekretaris Jenderal PSSI sebagai bagian dari kewenangannya sebagai ketua umum. Dia menyatakan selalu berlaku profesional. Menurut dia, Maaike memiliki kemampuan menata administrasi PSSI, yang ia nilai masih kurang baik. Maaike juga menguasai sejumlah bahasa asing yang bisa menguntungkan PSSI. “Kebetulan saja dia adik ipar saya,” tuturnya.
Jabatan wakil sekretaris jenderal tidak pernah ada dalam struktur kepengurusan PSSI sebelumnya. Statuta PSSI 2019 pun hanya membahas jabatan dan tanggung jawab sekretaris jenderal. Pasal 40 dalam statuta itu menyebutkan Komite Eksekutif PSSI bisa mengangkat atau memberhentikan sekretaris jenderal atas usul ketua umum. Adapun tanggung jawab sekretaris jenderal, seperti dijabarkan pada Pasal 61, antara lain menjalankan semua urusan administrasi PSSI, menjaga relasi dengan anggota PSSI hingga FIFA, serta mengangkat dan memberhentikan anggota staf di sekretariat jenderal.
Pengamat sepak bola yang juga Ketua I Bidang Organisasi dan Pembinaan Badan Olahraga Profesional Indonesia, Mohamad Kusnaeni, mengatakan kekisruhan di dalam PSSI seharusnya tidak terjadi jika para pengurusnya bisa berkomunikasi dengan baik. Menurut dia, pengurus PSSI seharusnya lebih solid karena sekarang justru menghadapi pekerjaan rumah yang lebih besar dalam mempersiapkan tim nasional ke Piala Dunia U-20 tahun depan. “Ini pertaruhan nama Indonesia, akan lebih baik kalau semua pengurus dan Komite Eksekutif PSSI bersatu,” ucapnya.
Hasani mengakui ada kendala yang terjadi dalam kepengurusan PSSI saat ini. Meski demikian, dia enggan menjelaskan permasalahan tersebut. “Pengurus PSSI harus solid dan bisa bekerja sama,” kata Hasani, yang juga duduk di Komite Wasit dan Komite Keuangan PSSI.
Menurut Hasani, kesalahpahaman adalah hal yang biasa dalam organisasi. Apalagi pengurus dan anggotanya datang dengan latar belakang berbeda. Walau begitu, perbedaan pendapat itu masih bisa diperbaiki lewat komunikasi yang baik. “Tidak ada organisasi yang adem-adem saja, pasti butuh pimpinan yang bisa mengatur anggotanya,” ujarnya. “Kenapa harus kisruh kalau manajernya benar.”
GABRIEL WAHYU TITIYOGA, DEVY ERNIS, IRSYAN HASYIM, AMINUDDIN (BANDUNG), PRIBADI WICAKSONO (YOGYAKARTA)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo