Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan petenis nomor satu versi WTA Naomi Osaka mundur dari babak semi final Western & Southern Open di Ohio Amerika serikat, Rabu, 26 Agustus 2020, sebagai bentuk protes atas ketidakadilan rasial.
Osaka, petenis berdarah Jepang dan Haiti, merupakan pendukung aktif gerakan "Black Lives Matter". Dalam sebuah unggahannya di media sosial, petenis berusia 22 tahun itu menulis, "Sebelum saya menjadi seorang atlet, saya seorang wanita kulit hitam".
Keputusan pengunduran Osaka menyusul protes atas penembakan polisi terhadap Jacob Blake, seorang pria kulit hitam di kota Kenosha, Wisconsin, pada hari Minggu, 23 Agustus 2020. Akibat tembakan, Blake dikabarkan lumpuh.
Sebelumnya pada Rabu, Asosiasi Bola Basket Amerika (NBA) menunda tiga pertandingan playoff setelah Milwaukee Bucks memboikot game kelima dari seri playoff mereka melawan Orlando Magic sebagai protes atas ketidakadilan rasial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petenis asal Jepang, Naomi Osaka usai dikalahkan oleh petenis asal AS Cori Gauff dalam babak ketiga Australia Open 2020 di Melbourne Park, Melbourne, Australia, 24 Jnauari 2020. REUTERS/Hannah Mckay
Lebih lanjut dalam pernyataannya yang diunggah di Twitter, Osaka mengatakan bahwa keputusan yang ia lakukan adalah mendesak.
"Sebagai seorang wanita kulit hitam, saya merasa ada banyak hal yang lebih penting yang perlu mendapat perhatian segera, dari pada menonton saya bermain tenis," tulis petenis yang kini menduduki nomor 10 dunia itu.
"Saya tidak mengharapkan sesuatu yang drastis terjadi karena saya tidak bermain, tetapi jika saya bisa memulai percakapan tentang olahraga yang mayoritas kulit putih, saya menganggap itu sebagai langkah ke arah yang benar. Menonton 'genosida' orang kulit hitam di tangan polisi benar-benar membuatku jengah," katanya.
Osaka mengalahkan Anett Kontaveit 4-6, 6-2, 7-5 pada hari Rabu untuk mencapai semi final, di mana seharusnya juara dua kali Grand Slam itu akan menghadapi Elise Mertens.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibatan tembakan pada Blake, membuat gerakan anti-rasial di AS memanas lagi setelah tewasnya Geroge Floyd akibat dianiaya polisi Mei lalu.