Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang grand prix ke-432 dan balapan terakhirnya di MotoGP Valencia, Valentino Rossi mengungkapkan penyesalan utama dalam karier balapnya. Pembalap asal Italia itu mengatakan satu-satunya kekecewaannya adalah kegagalan meraih gelar juara dunia yang kesepuluh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Doctor menyelesaikan gelar runner-up tidak kurang dari enam kali. Ia kalah dua kali kalah di putaran final: pada 2006 dari Nicky Hayden dan pada 2015 dari Jorge Lorenzo. Kekalahan tahun 2015 itulah yang paling Rossi sesali.
Namun, berbeda dengan wawancara sebelumnya, ia memilih untuk tidak lagi mengeluh soal kekalahan pada 2015."Saya tidak bisa mengeluh. Yang pasti saya banyak berjuang untuk mencoba memenangkan kejuaraan kesepuluh,” kata Rossi dikutip dari Crash pada Jumat, 12 November 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya bisa balapan di level yang bagus pada 2009. Saya sangat senang kalau bisa juara lagi, mungkin seperti tahun 2015 misalnya, untuk memperpanjang catatan saya sebagai juara dunia. Ini penting. Nomor 10 juga seperti angka yang menutup lingkaran kehidupan, tapi inilah yang terjadi. Aku tidak bisa mengeluh," kata pembalap berusia 42 tahun itu.
Rossi mengaku selalu mengingat duel di antara semua pembalap dengan cara yang positif dan spesial. “Persaingan di semua olahraga di tingkat atas, terutama MotoGP, adalah sesuatu yang tidak Anda sukai, tetapi fantastis untuk memberikan yang maksimal dan melampaui batas Anda dan menemukan sesuatu di dalam yang mungkin Anda tidak tahu," ucap Rossi.
Casey Stoner (kanan) bersama Valentino Rossi setelah mejuarai Moto GP Malaysia di Sirkuit Sepang, Malaysia, Minggu (25/10). Stoner berhasil menempati tempat pertama Moto GP Malaysia dan Rossi menjuarai Moto GP 2009. REUTERS/Zainal Abd Halim
Ia meneruskan, “Saya memiliki persaingan yang hebat dan hebat dalam karier saya. Saya sangat menikmati. Terutama pada bagian pertama ketika saya menang lebih banyak. Bagian kedua saya kalah lebih banyak. Tapi bagaimanapun, saya menikmati. Saya ingin mengatakan yang terbaik adalah persaingan bersama Biaggi. Sebagai sesama pembalap Italia, kami memiliki pergerakan yang hebat."
“Tetapi juga dengan Casey Stoner, Jorge Lorenzo, pada akhirnya dengan Marc Marquez. Dengan semua orang di tahun-tahun terakhir, saya selalu menikmati. Itu adalah sesuatu yang setelah Anda ingat dengan cara yang positif dan sebagai sesuatu yang istimewa," ujar pembalap berjuluk The Doctor tersebut.
Rossi merasa bahwa gelar juara dunia kesepuluh telah menghindar darinya. Namun, ia tetap bersyukur dengan sembilan gelar yang diraih selama 25 tahun perjalanannya di dunia balap. “Nomor 9 ada dalam karir saya punya banyak arti. Itu berarti 89 kemenangan di MotoGP dan 199 podium,” kata Rossi. "Ketika saya naik podium di Jerez pada tahun 2020, itu adalah 199 saya dan saya merasa itu mungkin yang terakhir. Saya ingin mencoba untuk mencapai 200 podum, tetapi tidak apa-apa."
“Saya tidak bisa mengeluh karena ini adalah karier yang sangat panjang dan, di banyak musim, saya berjuang untuk kejuaraan dan berjuang untuk posisi penting. Ketika Anda berada di MotoGP, Anda bisa memperjuangkan kemenangan, itu selalu sangat menyenangkan,” ujar Valentino Rossi.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.