Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Candra Wijaya berdiri di sudut Gelanggang Bulu Tangkis Asia-Afrika, Senayan, Jakarta, sibuk menerima tamu yang datang. Sebelah tangannya memegang walkie-talkie dan satunya menyalami para kolega. Sesekali matanya berserobok dengan polah para bocah cilik yang mondar-mandir di depannya dengan tangan menggenggam botol minuman dan kaus bersimbah keringat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo