Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Rio Akbar, Hasil dari Kerja Keras dan Kecintaan pada BMX

Mengalami masa jatuh bangun, atlet BMX Indonesia Rio Akbar akhirnya menjuarai Asia BMX Championship 2018.

31 Mei 2018 | 17.35 WIB

Atlet balap sepeda BMX, Rio Akbar, saat beraksi. (instagram/@rio_karioakbar)
Perbesar
Atlet balap sepeda BMX, Rio Akbar, saat beraksi. (instagram/@rio_karioakbar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia untuk pertama kalinya berhasil merebut medali emas di Asia BMX Championship pada Ahad, 27 Mei 2018 di Chainat, Thailand. Pembalap berusia 23 tahun Rio Akbar menjadi sosok di balik kemenangan Indonesia di olahraga balap ekstrem ini.

Baca: Asian Games 2018: Rio Akbar Juarai Balap Sepeda BMX Asia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Prestasi Rio bukan hal dicapai dengan mudah. Ia berhasil mengalahkan wakil tuan rumah Sitthichok Kaewsrikhao dan wakil negara kuat Jepang Taichi Ikegami yang mengakhiri balapan di posisi dua dan tiga. Ia pun unggul dari dua wakil Indonesia lain I Gusti Bagus Saputra dan Toni Syarifudin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemenangan Rio bukan hasil dari keberuntungan semata. Bercerita kepada Tempo, pria kelahiran Bandung, 16 Juni 1995 itu mengaku banyak melewati masa manis dan pahit selama menggeluti dunia balap sepeda.

"Saya pertama kali senang sepeda BMX saat saya kelas 6 SD, karena ikut lomba Agustusan di kampung. Saat itu lombanya naik sepeda kecil dan harus lewati jalan kecil," kata Rio mengenang saat dihubungi, Kamis, 31 Mei 2018.

Atlet balap sepeda BMX, Rio Akbar. (instagram/@rio_karioakbar)
 
Dari sana Rio semakin menggemari dunia sepeda. Tiga tahun kemudian ia ikut pertama kalinya ke organisasi sepeda di tempatnya. Dari sana juga ia memulai kariernya di dunia balap. Berbagai lomba ia ikuti, namun banyak di antaranya yang berakhir dengan kekalahan.
 
Sang ayah, Doni Darmanto, bersikap keras pada tiap kekalahan itu. Ia kerap menegur Rio dan memberinya masukan agar dapat terus berkembang. Menurut Rio, ayahnya memang merupakan mantan pembalap motorcross di tingkat lokal Bandung. Melihat anaknya menjadi atlet balap, ikut membakar semangatnya untuk mendukung.
 
"Dia sebenarnya membebaskan saya mau jadi apa. Tapi, ya selalu ada harapan anaknya nanti bisa jadi pembalap juga," kata Rio terkekeh.
 
Berbagai kejuaraan pun terus ia ikuti. Dari hadiah beberapa turnamen, Rio berhasil mengumpulkan dana untuk merakit sendiri sepedanya. Sepeda rakitan pertamanya ia dapatkan setahun setelah menggeluti dunia balap.
 
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan di Bandung, Rio memutuskan untuk lebih fokus di BMX. Karena Bandung ia nilai tak memiliki arena balap yang representatif untuk BMX, ia pun merantau. Surabaya dan Yogyakarta menjadi destinasi Rio selama setahun berikutnya. 
 
Sepanjang waktu itu, Rio terus mengikuti kejuaraan balap tingkat nasional. Ia mengakui hasilnya tak selalu bagus. Ia pun kerap merasa putus asa dan ingin berhenti dari olahraga ekstrim ini.
 
"Dulu pernah sampai kepikiran apakah saya jadi tukang bubut saja ya, soalnya saya kan dari jurusan teknik mesin. Tapi ya saya teringat lagi bagaimana orang tua mendukung saya. Tiap ada kejuaraan mau bagaimana jauh lokasinya mereka tetap antarkan saya," kata Rio mengenang.
 
Perlahan namun pasti, Rio berhasil menunjukan eksistensinya di dunia balap BMX nasional. Prestasi membanggakan  pun mulai ia raih, mulai dari emas di PORDA Jawa Barat pada 2014 hingga medali emas di PON Jawa Barat 2016. Pelatih BMX Pelatnas Dadang Haris Purnomo pun mulai melirik Rio. Meski tak masuk dalam skuad pelatnas, Rio kerap diajak untuk mengikuti berbagai turnamen tingkat internasional.
 
Meski tak pernah merengkuh gelar juara, poin demi poin didapatkan Rio dari keikutsertaannya di turnamen internasional. Hingga pelatnas kemudian masuk ke tahap persiapan Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil. Saat itu PB ISSI (Pengurus Besar Persatuan Sepeda Sport Indonesia) sedang mencari pelapis bagi atlet BMX utama Toni Syarifudin.
 
"Nama saya muncul karena perolehan poin saya yang paling tinggi di bawahnya Mas Toni. Dari situ saya kemudian masuk ke Pelatnas BMX sampai sekarang," kata Rio yang saat ini berada di peringkat 81 dunia itu. 

Baca: Asian Games 2018: Atlet Sepeda Gunung Dilarang Makan Nasi
 
Rio menjadi salah satu dari tiga atlet BMX putra yang dimiliki Indonesia. Mereka adalah I Gusti Bagus Saputra, Toni Syarifudin, dan Rio Akbar sendiri. Mereka akan menjadi andalan Indonesia di Asian Games 2018 mendatang.
 
Nama : Rio Akbar 
Tempat Lahir : Bandung 
Tanggal Lahir : 16 Juni 1995
Orang Tua : Doni Darmanto (ayah) dan Ai Rohaenah (ibu) 
Pendidikan terakhir: Jurusan Teknik Mesin SMK Igasar Pindad Bandung
Prestasi : 
Juara satu PORDA Jawa Barat 2014
Juara satu PON Jawa Barat 2016
Juara satu BMX International C1 2016 di Thailand
Juara empat Asia BMX Championship 2017
Juara satu Asia BMX Championship 2018
 
EGI ADYATAMA 
Egi Adyatama

Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Alumni Universitas Jenderal Soedirman ini sejak awal meliput isu politik, hukum, dan keamanan termasuk bertugas di Istana Kepresidenan selama tiga tahun. Kini menulis untuk desk politik dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus