Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

BNPB Imbau Masyarakat Antisipasi Banjir hingga Februari

Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho meminta masyarakat mengantisipasi banjir dan longsor hingga Februari.

5 Desember 2017 | 18.54 WIB

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, memberikan keterangan kepada pers dalam acara Konferensi Pers Antisipasi Mudik Lebaran dari Ancaman Banjir, Longsor dan Cuaca Ekstrem, 30 Juni 2016.  TEMPO/Fauzy Dzulfiqar Anas.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, memberikan keterangan kepada pers dalam acara Konferensi Pers Antisipasi Mudik Lebaran dari Ancaman Banjir, Longsor dan Cuaca Ekstrem, 30 Juni 2016. TEMPO/Fauzy Dzulfiqar Anas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Desember 2017-Februari 2018. “Nah, di situlah kita harus siap mengantisipasi banjir dan longsor,” kata Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa, 5 Desember 2017.

Sepanjang 2017, Sutopo mengatakan, 95 persen bencana yang terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi di antaranya puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan, banjir, dan longsor.

Baca juga: BNPB: 41 Orang Tewas Akibat Siklon Tropis Cempaka

Berdasarkan data BNPB, sejak Januari hingga hari ini, terjadi 2.175 bencana. Rinciannya adalah 737 banjir, 651 puting beliung, 577 tanah longsor, 96 kebakaran hutan dan lahan, 67 tanah longsor dan banjir, 19 kekeringan, 18 gempa bumi, 8 gelombang pasang, serta 2 letusan gunung berapi.

Kenaikan tren bencana itu, menurut Sutopo, terjadi karena kerusakan lingkungan yang parah di Indonesia, seperti kerusakan hutan, degradasi lahan, meluasnya daerah aliran sungai yang kritis, dan kerusakan sungai. Sutopo menyebut bencana hidrometeorologi juga didorong fakta bahwa banyak masyarakat Indonesia belum memiliki kesadaran atas bencana.

Sutopo berujar, kemampuan pemerintah melakukan rehabilitasi hutan dan lahan baru mencapai maksimum 250 ribu hektare per tahun. Sedangkan kerusakan hutan di Indonesia, kata dia, mencapai sekitar 750 ribu hektare per tahun. “Otomatis ada defisit setengah juta hektare per tahun,” ujarnya.

Sutopo mengatakan kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia atas bencana merupakan hal yang sangat penting. Menurut dia, jika masyarakat sudah paham akan rentannya bencana hidrometeorologi di Indonesia, akan tumbuh kesadaran untuk menjaga lingkungan di sekitarnya. “Apalagi jutaan masyarakat Indonesia tinggal di daerah rawan bencana,” tuturnya.

RIANI SANUSI PUTRI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus