Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebulan sudah siswa melakukan kegiatan belajar dari rumah selama wabah corona. Khusus untuk siswa berkebutuhan khusus, para guru harus menyiasati metode belajar yang sesuai dengan ragam disabilitas anak didiknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Guru Komputer yang juga pendiri Bimbingan Belajar Lentera Inklusif, Rumah Harapan Kasih Tzuchi, Cengkareng Timur, Sofyan Sukmana mengatakan, selama metode belajar dari rumah diterapkan, dia menyampaikan materi sesuai kebutuhan setiap siswa. "Karena kebutuhan siswa difabel berbeda dengan siswa yang tidak berkebutuhan khusus," ujar Sofyan Sukmana saat dihubungi, Selasa 14 April 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sofyan menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya melalui aplikasi WhatsApp. Dia memilih aplikasi tersebut karena membutuhkan suasana yang lebih kondusif, terlebih siswa berkebutuhan khusus yang diajarnya adalah penyandang disabilitas netra.
"Forum WhatsApp bisa dibatasi untuk empat orang saja, jadi suaranya bisa diperdengarkan kepada murid secara jelas dan tidak terlalu ramai," kata Sofyan. Sementara ketika mengajar komputer untuk siswa non-difabel, Sofyan Sukmana menggunakan platform Zoom.
Menurut Sofyan, anak tunanetra tidak mengalami masalah berarti ketika harus belajar dari rumah. Musababnya, siswa tunanetra sudah terbiasa menggunakan platform digital dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah.
Kondisinya berbeda lagi dengan metode belajar dari rumah yang diterapkan kepada siswa tunarungu. Pengajar siswa tunarungu di Sekolah Luar Biasa atau SLB B Kuntum Mekar 01, Nugrah Henilya Atmadja menerapkan metode online melalui video call WhatsApp atau materi yang difoto dari buku panduan.
"Kami menggunakan WhatsApp karena belum ada platform online khusus untuk tunarungu, baik yang online maupun semi offline," kata Nugrah. Panggilan video call dilakukan karena siswa tunarungu harus melihat instruksi melalui bahasa isyarat yang disampikan guru maupun yang ada di dalam buku pelajaran.
Agar materi yang disampaikan lebih komprehensif, Nugrah melibatkan orang tua. Caraya, materi pelajaran yang diambil dari buku pelajaran disampaikan dulu kepada orang tua melalui sambungan telepon. "Supaya orang tua membantu menerjemahkan instruksi di dalam buku," kata Nugrah.
Belajar dari rumah juga dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus yang duduk di sekolah dasar. Pada tingkatan ini, agak berisiko bagi siswa belajar dari rumah karena mereka mendapatkan materi penguatan teori dasar, seperti belajar membaca dan berhitung.
"Belajar berhitung bagi siswa tunanetra melibatkan persepsi yang berbeda," kata guru SLB Negeri 04 Jakarta, Fajar Risbianto yang mengajarkan matematika kelas I SD. "Mereka harus menggunakan benda yang bisa dijadikan alat peraga."
Lantaran harus memegang benda untuk berhitung, seperti kelereng atau pensil, siswa berkebutuhan khusus yang baru masuk sekolah dasar belum dapat belajar mandiri. Mereka harus didampingi orang tua, khususnya dalam penguatan pembentukan persepsi.