Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyandang disabilitas juga rentan terinfeksi virus corona dari lingkungan sekitar. Salah satu mata rantai pembawa virus yang perlu diwaspadai adalah keberadaan pendamping bagi difabel yang tak mampu mengasuh diri, misalnya difabel mental intelektual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Profesor Riset Kesehatan Masyarakat dari University of Melbourne, Helen Dickinson mengatakan cara untuk memutus potensi penularan dari pendamping ke penyandang disabilitas adalah dengan menyediakan alat pelindung diri atau APD buat pendamping. "Para pendamping untuk penyandang disabilitas yang tidak mampu mengurus diri harus memakai masker, sarung tangan, dan baju pelindung," kata Dickinson seperti dikutip dari The Conversation, Kamis 26 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pendamping atau perawat difabel yang lebih leluasa bergerak dari luar ke dalam rumah, dan sebaliknya, bisa menjadi carrier virus corona. "Sebab penyandang disabilitas yang tidak mampu mengasuh diri memiliki keterbatasan mobilitas dan sulit berinteraksi dengan orang lain, kecuali pendamping mereka yang mungkin datang bergantian," kata Dickinson.
Selain melengkapi pendamping atau perawat difabel dengan alat pelindung diri (APD), Dickinson juga mendorong pemerintah atau otoritas kesehatan menyediakan akses bagi penyandang disabilitas agar terhindar dan mampu bertahan di tengah wabah corona. Akses yang dia maksud antara lain jaminan sosial dan jaminan kesehatan bagi semua ragam disabilitas.
Untuk diketahui, sejak pemerintah di negara-negara barat mengurangi jam kerja dan menolak permohonan pendampingan demi mencegah penyebaran virus corona, penyandang disabilitas yang biasanya didampingi menjadi kurang mendapat perhatian. Penghentian jasa pendampingan ini berakibat buruk pada kesehatan penyandang disabilitas.