Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Cianjur - Sebanyak delapan alat deteksi dini (early warning system) tsunami yang terpasang di tiga kecamatan wilayah pesisir pantai selatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berada dalam kondisi rusak. Ini kontradiktif dengan potensi bahaya tsunami yang terbilang cukup tinggi di pesisir selatan Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Delapan alat pendeteksi dini tsunami bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Tapi semuanya tidak berfungsi optimal alias rusak," kata staf Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cianjur, Ruslan Sahril, di Cianjur, Senin 1 Oktober 2018.
Dia menambahkan di Kabupaten Cianjur terdapat tiga kecamatan yang berhubungan langsung dengan laut lepas (samudera). "Jadi potensi terjadinya tsunami cukup besar," kata Ruslan.
Delapan titik alat pendeteksi dini itu tersebar di Kecamatan Cidaun, Sindangbarang, dan Agrabinta. Di Kecamatan Cidaun, alat deteksi dini tsunami berada di Desa Sukapura, Cisalak, dan Cidamar. Di Kecamatan Sindangbarang alat berada di Desa Jayagiri, Saganten, dan Talagasari. Sementara di Kecamatan Agrabinta alat berada di Desa Sinarlaut dan Tanjungsari.
Alat deteksi dini tsunami itu sudah dipasang sejak 2014 lalu. "Sejak dipasang sekitar 2014 lalu, hingga kini belum pernah diujicobakan," kata Ruslan.
Menurut Ruslan, kondisi itu jadi kendala karena Badan Penanggulangan Bencana Daerah tak mengetahui sejauh mana alat deteksi dini tsunami itu bisa bekerja maksimal. Tim BPBD rutin mengecek langsung ke lapangan memastikan kondisi tower alat pendeteksi dini tsunami itu.
"Server-nya kan berada di BPBD. Kalau secara manual di lapangan, alat pendeteksi dini tsunami itu bisa berfungsi. Tapi koneksi ke server di BPBD yang belum optimal," ucapnya.
Ruslan menyebutkan sejak alat pendeteksi dini tsunami dipasang, personel BPBD belum pernah menerima pelatihan teknis dari BNPB. Sejauh ini personel BPBD hanya melakukan perawatan seadanya. "Perawatannya juga seperti biasa. Kalau ada kabel yang lepas kami perbaiki," tandasnya.
Operator Pusat Pengendali Operasional BPBD Kabupaten Cianjur, Rizal, menambahkan, penyebab rusaknya alat pendeteksi dini tsunami bisa disebabkan berbagai faktor. Satu di antaranya terjadi korosi karena alat tersebut berada di kawasan pantai yang karakteristik tanahnya mengandung tingkat keasaman.
"Yang kami sayangkan itu, sejak alat deteksi dini tsunami ini dipasang, belum ada ada pelatihan bagi personel yang mengoperasikannya," terangnya.