Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu kondisi ikutan yang wajib diperhatikan penyandang disabilitas gerak adalah tukak tekan atau ulcus decubitus, yaitu luka yang terjadi pada bagian tubuh tertentu lantaran adanya tekanan yang terjadi secara terus menerus di tempat yang sama. Kondisi ini dialami Ridwan Sumantri, 42 tahun, seorang web developer pengguna kursi roda yang mengalami kecelakaan pada 1999. Sejak saat itu, syaraf di daerah sacrum (bokong) Ridwan tak lagi berfungsi dan pria asal Sukabumi ini harus kehilangan fungsi geraknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Waktu itu saya dan keluarga tidak tahu menahu soal medis dan dibawa ke alternatif. Di tempat itu saya ditidurkan di atas papan triplek tanpa bisa bergerak, padahal triplek kan panas, setelah itu muncul decubitus," ujar Ridwan, saat dihubungi Tempo, Selasa 2 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Konsultan Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dari Rumah Sakit Fatmawati, dokter Sara Ester Triatmoko, ulcus decubitus atau tukak tekan terjadi sebagai akibat adanya tekanan terus menerus pada bagian tubuh tertentu yang disebabkan oleh suatu kondisi pasien lantaran mengalami sakit tertentu. Sarah menegaskan, Ulcus Decubitus tidak akan terjadi pada jaringan kulit orang yang sehat.
Dokter dari Divisi Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, Departemen Bedah ini mencontohkan, pada kasus Ridwan, kondisi tak lagi berfungsinya syaraf tulang belakang dan raibnya fungsi gerak membuat tekanan pada jaringan kulit di bagian Sacrum tidak dapat dikendalikan. Akibatnya tekanan di bagian tersebut terjadi berulang dan merusak jaringan kulit, membentuk luka yang akhirnya sulit disembuhkan.
Sara menjelaskan, terdapat tiga kondisi yang memicu terjadinya decubitus pada seseorang. Pertama, terlalu banyak berbaring sehingga kulit yang mendapat tekanan tidak mendapatkan edaran darah, sehingga kulit mengalami kematian. Kulit yang mati ini di kemudian hari membentuk luka yang sulit disembuhkan.
Kedua, sering terjadi gesekan pada bagian tertentu yang kemudian hari menyebabkan luka. Contoh kondisi beresiko yang dapat menciptakan gesekan berulang adalah saat penggantian seprai di kamar atau penggantian baju pasien oleh orang lain. "Tiba tiba pasien merosot duduknya saat digantikan baju karena gravitasi, kemudian mengalami gesekan, ini yang dapat menyebabkan luka tanpa disadari dan muncul di kemudian hari," kata Sara.
Kondisi ketiga yang memicu decubitus adalah kelembaban yang berlebihan. Kondisi ini biasa terjadi pada pasien pengguna pampers. Saat pasien buang air kecil, pampers tidak diganti langsung dan daerah yang tertutupi pampers tersebut akan mengalami panas dan lembab berlebihan yang dapat merusak integritas kulit. Rusaknya integritas kulit akan mematikan jaringan yang menyebabkan luka di kemudian hari.
Ulcus Decubitus biasanya terjadi pada daerah tubuh yang khas dengan penampang kulit yang memiliki tonjolan tulang, di antaranya kulit pada tulang Sacrum, di atas tulang Sacrum, kulit di tulang panggul, di tonjolan tulang duduk - biasanya sering terjadi pada pengguna kursi roda dalam waktu yang lama, serta daerah di atas tumit.
Ulcus decubitus berbeda dengan jenis luka lain seperti Abses dan Ganggrene. "Perbedaan yang paling mendasar dari abses, ganggrene dan decubitus adalah penyebab terjadinya. Kalau abses terjadi karena mekanisme pertahanan tubuh yang membentuk kapsul dan di dalamnya terdapat nanah, sementara ganggrene luka yang masih terdapat jaringan kulit mati yang dapat menghambat penyembuhan luka," kata Sara.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.