Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Epidemolog: PSBB Covid-19 Seharusnya Diterapkan Secara Nasional

Menurut Pandu, tak ada manajemen yang baik dalam pelaksanaan PSBB di tiap daerah.

21 April 2020 | 13.49 WIB

Ilustrasi cek poin PSBB/TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Ilustrasi cek poin PSBB/TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) perlu diterapkan secara nasional. PSBB dengan tingkat baru kedaerahan seperti saat ini dinilainya, tidak terlalu efektif menahan perluasan penularan Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Kita harus serentak (untuk melaksanakan PSBB). Kalau masih ada kantong virus, Indonesia tak akan pernah aman," ujar Pandu saat dihubungi Tempo, Selasa, 21 April 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pandu mengatakan untuk saat ini, penerapan PSBB secara kedaerahan belum dapat diukur secara jelas. Sebenarnya, ada beberapa indikator yang bisa dijadikan patokan keberhasilan PSBB. Indikator itu adalah apakah masih ada kerumunan, kemacetan, warga yang tak menggunakan masker, warga yang tak mencuci tangan, warga yang tak cek suhu tubuh, hingga ketersediaan fasilitas cuci tangan.

Namun Pandu menilai dari semua indikator ini, pemerintah tak memiliki data pasti yang digunakan. "Berapa persen yang enggak pakai masker, di mana, kenapa, yang dagang diatur, disedaikan tempat cuci tangan. Semua kegiatan harus ada indikatornya." Tak ada manajemen yang baik dalam pelaksanaan PSBB di tiap daerah.

Apalagi, pemerintah sejak awal memang nampak kebingungan dan tak jelas saat menetapkan aturan PSBB ini. Aturan yang ada justru hanya membuat alur birokrasi menjadi panjang. Salah satunya tercermin dari kewajiban pemerintah daerah mengajukan proposal untuk penerapan PSBB ke Kementerian Kesehatan.

Pemerintah juga membuat birokrasi dengan persyaratan yang tak masuk akal sampai harus ada jumlah kasus sehingga banyak yang ditolak. PSBB DKI Jakarta yang sudah harus dilaksanakan sempat ditolak. “Itu kan sutau hal yang tak sesuai dengan kedaruratan," kata Pandu.



 

Egi Adyatama

Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Alumni Universitas Jenderal Soedirman ini sejak awal meliput isu politik, hukum, dan keamanan termasuk bertugas di Istana Kepresidenan selama tiga tahun. Kini menulis untuk desk politik dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus