Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Untuk memperingati Hari Pangan Sedunia, Menteri Pertanian Amran Sulaiman meluncurkan Zero Hunger Challenge. Ini merupakan gerakan global untuk meniadakan kelaparan (end hunger) seperti yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2012.
"Pencanangan ini juga sejalan dengan agenda Nawa Cita untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan meningkatkan produktivitas rakyat,"kata Amran, dalam pembukaan Hari Pangan Sedunia, pada Sabtu, 17 Oktober 2015, di Jakabaring Sport Center Palembang, Sumatera Selatan.
Komponen Zero Hunger Challenge mencakup akses pangan yang mencukupi sepanjang tahun, meniadakan stunting (tinggi badan anak tidak sesuai umur) pada anak usia dibawah 2 tahun, sistem pangan berkelanjutan, meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kecil, dan meniadakan kehilangan hasil dan pemborosan pangan.
Dengan dicanangkannya ZHC ini, kata Amran, sekaligus Indonesia sudah memulai upaya untuk pencapaian komitmen dunia menuju Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya goal kedua, yaitu peniadaan kelaparan (end hunger) pada tahun 2030.
Untuk mencapai zero hunger tersebut, pemerintah bertekad mencapai kedaulatan pangan. Amran mengakui tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan kedaulatan pangan diantaranya adalah kemiskinan dan kelaparan. Data Badan Pusat Statistik pada Maret 2015 menunjukan masih terdapat penduduk miskin sebanyak 28,59 juta jiwa atau sebesar 11,22 persen.
Namun Amran bersyukur awal Juli 2015u, BPS merilis perkiraan atau angka ramalan 1 produksi padi, jagung dan kedelai, yang semuanya angkanya meningkat.
Produksi padi 2015 diperkirakan meningkat menjadi 75.55 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik 6.64 persen dibanding 2014. "Ini merupakan kenaikan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir," kata Amran.
Demikian juga produksi jagung pada tahun 2015 diperkirakan naik menjadi 20,67 juta ton pipilan kering atau naik 8,82 persen, sedangkan produksi kedelai naik menjadi 998.870 ton atau naik sebesar 4,59 persen dibanding tahun lalu.
Pencapaian tersebut, kata dia, tidak terlepas dari dukungan inovasi dan teknologi tepat guna yang berdampak pada efisiensi biaya produksi, peningkatan Indeks Pertanaman, penyelamatan kehilangan hasil produksi pertanian, dan peningkatan mutu hasil.
Inovasi dan teknologi itu mampu meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian. Pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani, katanya, dan mendukung perwujudan kedaulatan pangan seperti yang kita harapkan bersama.
AMIRULLAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini