Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik menemukan persoalan anak Indonesia sangat kompleks. Direktur Advokasi dan Kampanye Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Tata Sudrajat, mengatakan jumlah anak putus sekolah masih cukup tinggi. "Anak putus sekolah dan tidak pernah sekolah jumlahnya jutaan," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tata mengatakan, berdasarkan data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan pada 2016, angka anak putus sekolah dan tidak pernah bersekolah mencapai 4,5 juta yang tersebar di 34 provinsi. Masalah itu menjadi muara bagi persoalan-persoalan lain. Menurut dia, anak yang putus sekolah berpotensi menjadi target untuk dipekerjakan. Bahkan, ia menemukan anak-anak putus sekolah menjadi korban perdagangan manusia. "Makanya upaya mempertahankan anak bisa sekolah sampai tingkat SMA penting," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akhir bulan lalu, Yayasan Sayangi Tunas Cilik menggelar diskusi bersama Tempo yang membahas persoalan-persoalan anak. Mereka menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan pada November 2016–Desember 2017. Penelitian ini melibatkan 227 anak di sejumlah daerah.
Tata mencontohkan, berdasarkan penelitiannya di wilayah pantai utara Jawa Barat, anak-anak yang putus sekolah menjadi sasaran untuk dipekerjakan atau dipaksa menikah di usia dini. Faktor budaya dan ekonomi masih lekat di kalangan orang tua yang meminta anak tak perlu sekolah tinggi. Namun, ia menilai, saat ini sudah ada berbagai macam upaya pemerintah untuk memberikan beasiswa bagi anak kurang mampu. "Harusnya tidak menjadi soal lagi, karena di beberapa provinsi biaya sekolah sudah gratis," ujar Tata.
Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Retno Listyarti, juga menemukan tingginya faktor budaya perkawinan anak di sejumlah daerah. Misalnya di wilayah Indramayu, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Di Sulawesi Barat jumlah anak yang menikah di usia dini mencapai 37 persen dari jumlah total anak di wilayah itu. "Itu membuat hak anak akan pendidikan hilang," kata dia.
Retno menuturkan, lembaganya hanya memiliki kewenangan pengawasan terhadap instansi yang bertanggung jawab pada urusan pendidikan. Sebab, persoalan anak putus pendidikan sudah menjadi tugas masing-masing pemerintah daerah dan dinas pendidikan setempat. Meski begitu, KPAI menyatakan siap membantu melakukan advokasi apabila pemerintah memberikan data pemetaan yang jelas ihwal persebaran anak putus sekolah.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad, mengatakan angka anak putus sekolah saat ini sudah berhasil dikurangi dan menurun setiap tahun. "Kami tetap mengupayakan anak-anak tersebut kembali bersekolah," kata dia. DANANG F. | AGUNG S.
Hak Pendidikan Mereka Belum Terpenuhi
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Namun hingga kini masih banyak anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah. Ada berbagai ragam penyebabnya. Mulai dari keterbatasan ekonomi hingga ketersediaan sarana serta fasilitas pendidikan.
Jumlah anak putus sekolah dan tidak sekolah 2016*
Jawa Barat: 958.599 anak
Jawa Tengah: 677.642 anak
Jawa Timur: 609.131 anak
Sumatera Utara: 211.354 anak
Banten: 204.788 anak
Sulawesi Selatan: 185.953 anak
Lampung: 179.131 anak
Sumatera Selatan: 153.898 anak
Nusa Tenggara Timur: 150.054 anak
Nusa Tenggara Barat: 113.835 anak
Anak Putus Sekolah**
Tahun 2014/2015
Sekolah Dasar: 176.909 siswa
Sekolah Menengah Pertama: 85.000 siswa
Sekolah Menengah Atas: 68.219 siswa
Sekolah Menengah Kejuruan: 86.282 siswa
Tahun 2015/2016
Sekolah Dasar: 68.066 siswa
Sekolah Menengah Pertama: 51.541 siswa
Sekolah Menengah Atas: 40.454 siswa
Sekolah Menengah Kejuruan: 77.899 siswa
Tahun 2016/2017
Sekolah Dasar: 39.213 siswa
Sekolah Menengah Pertama: 38.702 siswa
Sekolah Menengah Atas: 36.419 siswa
Sekolah Menengah Kejuruan: 71.744 siswa
Persebaran Persoalan Anak di Sejumlah Daerah***
Daerah Tertinggi Kasus Anak Putus Sekolah
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Papua
Papua Barat
Daerah Tertinggi Kasus Pekerja Anak
Sumatera Utara
Nusa Tenggara Timur
Papua
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Daerah Tertinggi Kasus Anak Telantar
Papua
Nusa Tenggara Barat
Jawa Timur
Jawa Barat
Sumatera Utara
Daerah Tertinggi Kasus Pernikahan Anak
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Papua
*Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
** Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
*** Riset Yayasan Sayangi Tunas Cilik 2017
DANANG FIRMANTO | AGUNG S.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo