Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 24 November merupakan hari kelahiran Ki Bagus Hadikusumo, anggota BPUPKI dan ketua Muhammadiyah periode 1944-1953. Mengutip dari Ump.ac.id, ia memiliki peran untuk menghendaki dimasukkannya persuasi kewajiban menjalankan syariat Islam dalam sistem konstitusi negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia lahir di kampung Kauman Yogyakarta dengan nama R. Hidayat serta merupakan putra ketiga dari lima bersaudara Raden Haji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan agama Islam di Kraton Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ki Bagus mulai mendapatkan pendidikan agama melalui orang tuanya serta sejumlah Kiai di Kauman. Pasca menyelesaikan studinya di ‘Sekolah Ongko Loro’ (tiga tahun tingkat sekolah dasar), ia menempuh pendidikan di Pesantren Wonokromo, Yogyakarta. Di tempat ini ia banyak mengkaji kitab-kitab fiqh dan tasawuf.
Selain itu Ki Bagus pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadiyah (1926), serta Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953). Ia berhasil merumuskan pokok-pokok pikiran Ahmad Dahlan sehingga bisa menjiwai dan mengawal gerak langkah dan perjuangan Muhammadiyah. Pokok-pokok pikiran tersebut bahkan menjadi Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Ketua Muhammadiyah yang lahir pada 1890 ini melakukan perannya sebagai menggunakan pemikiran-pemikiran yang modern serta tidak hanya mementingkan keagamannya saja. Melansir dari jurnal yang diunggah oleh Universitas Sebelas Maret, Ki Bagus juga membantu proses kemerdekaan Indonesia dengan menjadi anggota BPUPKI.
Tidak hanya itu, Ki Bagus Hadikusumo pun sangat tegas dalam menentang perintah pimpinan tentara Dai Nippon yang dikenal sangat kejam. Waktu itu, umat Islam dan warga Muhammadiyah diperintahkan melakukan upacara kebaktian tiap pagi sebagai penghormatan kepada Dewa Matahari.
VALMAI ALZENA KARLA