Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palu - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sulawesi Tengah menyebut praktik perdagangan manusia dan perdagangan perempuan patut diwaspadai pascabencana gempa Palu yang terjadi akhir September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Seperti pengalaman di daerah lain pascabencana, banyak terjadi hal-hal tindak kekerasan terhadap perempuan mulai dari perkosaan, pelecehan seksual trafficking, perdagangan anak," kata Ketua Divisi Pendampingan Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak P2TP2A Sulawesi Tengah, Nudiatulhuda Mangun di Palu, Senin, 26 November 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menyebut perempuan dan anak menjadi kelompok yang paling terdampak pascabencana. Menurut Inun, sapaan akrab Nudiatulhuda, penyebabnya adalah beban hidup yang besar pascabencana gempa. Beban hidup tersebut, kata dia, yang membuat perempuan rentan mendapat perlakuan kekerasan seperti pelecehan atau trafficking.
Kondisi itu, kata Inun, tidak boleh dibiarkan. "Ini yang harus tentu kita hindari, kita cegah bersama-sama, jangan sampai terjadi di daerah kita pascabencana," ujarnya.
Aktivis perempuan itu menyarankan kepada pemerintah daerah untuk lebih menggiatkan upaya-upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak perempuan demi mencegah terjadinya praktik-praktik tersebut. "Pemerintah sudah berbuat, sudah ada pemerintah hadir. tetapi mungkin lebih digiatkan lagi, lebih diintensifkan lagi upaya-upaya itu," kata Inun.
Menurut dia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah membentuk program, termasuk cluster-cluster untuk mencegah hal-hal tersebut. Namun ia mengatakan nyatanya di daerah ini masih kekurangan relawan untuk memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada masyarakat tentang perlindungan dan pemenuhan hak perempuan dan anak serta kemampuan untuk survive pascabencana.