Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Pasca-Gempa Palu, P2TP2A: Waspadai Kekerasan dan Trafficking

Perempuan dan anak dinilai menjadi kelompok yang paling terdampak pascabencana, termasuk pada bencana gempa Palu.

27 November 2018 | 10.22 WIB

Kondisi pengungsi di Petobo Atas, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu, 10 Oktober 2018. Pengungsi telah lebih dari 10 hari mendiami tenda tersebut. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Kondisi pengungsi di Petobo Atas, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu, 10 Oktober 2018. Pengungsi telah lebih dari 10 hari mendiami tenda tersebut. TEMPO/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Palu - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sulawesi Tengah menyebut praktik perdagangan manusia dan perdagangan perempuan patut diwaspadai pascabencana gempa Palu yang terjadi akhir September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Seperti pengalaman di daerah lain pascabencana, banyak terjadi hal-hal tindak kekerasan terhadap perempuan mulai dari perkosaan, pelecehan seksual trafficking, perdagangan anak," kata Ketua Divisi Pendampingan Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak P2TP2A Sulawesi Tengah, Nudiatulhuda Mangun di Palu, Senin, 26 November 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyebut perempuan dan anak menjadi kelompok yang paling terdampak pascabencana. Menurut Inun, sapaan akrab Nudiatulhuda, penyebabnya adalah beban hidup yang besar pascabencana gempa. Beban hidup tersebut, kata dia, yang membuat perempuan rentan mendapat perlakuan kekerasan seperti pelecehan atau trafficking.

Kondisi itu, kata Inun, tidak boleh dibiarkan. "Ini yang harus tentu kita hindari, kita cegah bersama-sama, jangan sampai terjadi di daerah kita pascabencana," ujarnya.

Aktivis perempuan itu menyarankan kepada pemerintah daerah untuk lebih menggiatkan upaya-upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak perempuan demi mencegah terjadinya praktik-praktik tersebut. "Pemerintah sudah berbuat, sudah ada pemerintah hadir. tetapi mungkin lebih digiatkan lagi, lebih diintensifkan lagi upaya-upaya itu," kata Inun.

Menurut dia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah membentuk program, termasuk cluster-cluster untuk mencegah hal-hal tersebut. Namun ia mengatakan nyatanya di daerah ini masih kekurangan relawan untuk memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada masyarakat tentang perlindungan dan pemenuhan hak perempuan dan anak serta kemampuan untuk survive pascabencana.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus