Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kitapoleng Foundation menampilkan pertunjukan seni kontemporer dalam acara pembukaan Gateways Study Visit Indonesia di Bali, pada Selasa, 1 Oktober 2024. Pertunjukan ini melibatkan siswa-siswi disabilitas dari sejumlah Sekolah Luar Biasa di Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pertunjukan bertajuk ‘Punakawan: Jiwa yang Merdeka’, Kitapoleng Foundation mengajak murid dari SLB Negeri 1 Badung dan SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Bali untuk mengkampanyekan pesan tentang pendidikan yang inklusif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesan tersebut dituangkan melalui kesenian wayang kulit serta angklung, dengan dialog dan narasi yang ditampilkan menggunakan bahasa isyarat serta media baru.
Pendiri dan Direktur Artistik Kitapoleng, Dibal Ranuh, mengatakan bahwa seni merupakan medium ekspresi paling efektif bagi individu untuk menunjukkan keunikan dan potensinya, termasuk bagi teman-teman disabilitas. Hal ini yang membuat Kitapoleng menyorot sosok Punakawan dalam pertunjukan ini.
“Sebagai tokoh dalam pewayangan Indonesia, para Punakawan, yang memiliki keterbatasan fisik, justru mengingatkan kita tentang harmoni dan kekuatan individu, melebihi batas-batas fisik,” kata Dibal dalam keterangan resmi pada Selasa, 1 Oktober 2024.
Sebagai komunitas seni lintas disiplin yang kerap melibatkan penyandang disabilitas, Kitapoleng berharap apa yang telah diinisiasi dirinya dapat direplikasi pendidik atau pegiat seni di banyak negara.
Kepala SLBN 1 Badung sekaligus peserta Program Guru Penggerak, Ni Nyoman Suwastarini, menekankan pentingnya pemahaman bahwa potensi dan minat setiap individu tidak terbatas pada apa yang diajarkan dalam pendidikan formal.
“Maka saya bersama guru seni dan lingkungan sekitar berupaya memberi dukungan dan akses untuk menampilkan potensi dirinya,” kata dia.
Indonesia menjadi tuan rumah untuk Gateways Study Visit yang diselenggarakan oleh UNICEF dan UNESCO. Dalam acara yang digelar di Bali pada 1-3 Oktober 224 ini, 56 peserta dari 20 negara dan 9 organisasi internasional akan melihat dan mempelajari secara langsung praktik pendidikan di Indonesia, khususnya program Merdeka Belajar.
Simposium internasional ini akan dihadiri oleh berbagai negara termasuk Finlandia, India, Inggris, Prancis, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab. Aneka sesi dalam acara ini akan didesain interaktif, termasuk melalui keberadaan ekshibisi, kunjungan ke sekolah setempat, dan lokakarya.