Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, menyarankan Partai Golkar meninggalkan model pencitraan politik yang jadul atau ketinggalan zaman, seperti papan baliho. “Kalau partai masih model jadul ya ditinggal,” kata Siti dalam seminar daring, Sabtu, 16 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Siti mengatakan, partai yang mampu memimpin, membawa mindset baru, dan kultur baru akan diminati pemilih. Apalagi dengan pemilih milenial dalam jumlah yang besar, Siti mengingatkan agar Partai Golkar melakukan branding dengan politik pencitraan yang edukatif. Bukan dengan papan baliho. “Hadir dengan kebaruan yang mencerahkan dan mengedukasi, karena partai seperti itu yang disukai,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Siti, Partai Golkar harus mampu mendorong dan berperan penting dalam membuat kompetisi dan kontestasi lebih sehat. Tujuannya supaya siapapun yang menang di pemilihan legislatif maupun presiden betul-betul dihormati.
Siti juga menyarankan agar partai politik dapat mempromosikan kader-kader yang berkualitas, mampu meyakinkan, dan memberikan prospek positif. “Jadi convincing dan promising. Kalau itu mampu diberikan, pasti kegandrungan pemilih pada Golkar akan sangat besar,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah mengatakan bahwa Partai Golkar berpeluang menjadi pemenang dalam Pemilu maupun Pilpres 2024.
“Secara refleksi tidak berlebihan untuk meninggikan harapan bahwa 2024 ada potensi Golkar memimpin perolehan di pemilu maupun pilpres,” kata Dedi.
Dedi mengatakan, tidak banyak pemilih di Indonesia yang loyal pada partai politik. Ketika ada seorang tokoh yang berpengaruh dan citra partai politiknya tidak terlalu buruk, maka dua kekuatan tersebut akan solid jika digabungkan.